Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Minat Baca Siswa Sekolah di Semarang Rendah

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13975438931528230510

MINAT baca di kalangan pelajar di Semarang tergolong rendah. Sudah dikirimkan perpusatakaan keliling, dan disediakan ruang tulis dan baca di majalah dinding, tapi para pelajar lebih suka menyerbu kantin untuk jajan ketika bel istirahat berdentang.

Siang ini saya menyambangi sebuah SMP negeri di Kota Semarang, untuk suatu keperluan. Lebih dari dua jam di sana, saya melewati dua masa istirahat para siswa. Sekali istirahat sekitar 15 menit. Di dua sesi istirahat tersebut saya melihat hal ganjil. Ada satu mobil perpustakaan keliling yang disediakan oleh pemerintah kota, parkir di tempat strategis, dan membuka display buku yang merangsang minat untuk mendatangi.

Tapi, harapan saya melihat anak-anak berebutan buku dan kemudian membacanya di bawah pohon rindang pun sirna begitu melihat murid-murid SMP ini bergelombang keluar dari kelas masing-masing menuju lima kantin yang berderet di sebelah lapangan sepakbola. Hanya ada dua-tiga siswa tergoda mendatangi perpusatkaan keliling, kemudian menarik buku, dan membacanya di teras sekolah. Padahal, buku-buku itu boleh disimak secara gratis!

[caption id="attachment_320049" align="aligncenter" width="420" caption="Minat baca yang minim. (Foto: Arief Firhanusa)"][/caption]

Saya mencoba melihat-lihat judul buku di perpustakaan keliling itu. Adonan fiksi dan ilmiah. Banyak novel bernuansa SMP yang bagus bila dibaca anak-anak usia 14-16, sesuai umur mereka. Juga banyak judul tentang satwa langka, pengembangan kepercayaan diri, serta pengetahuan umum dan pengetahuan alam yang menarik, disertai foto-foto memikat.

Sayangnya, Pemkot Semarang hanya punya tiga armada untuk berkeliling ke seluruh sekolah di kota ini. Masing-masing satu untuk SMA, SMP, dan SD. "Praktis kami hanya sebulan sekali menyambangi sekolah ini, sebagaimana kami mendatangi sekolah-sekolah lain yang juga durasinya sama," tutur seorang petugas perpustakaan keliling seraya menyebutkan, minat baca di sekolah-sekolah di Semarang cukup rendah.

Barangkali faktor itulah salah satu hal yang menilep virus membaca di kalangan siswa. Bayangkan, "hanya sebulan sekali perpustakaan keliling yang berisi buku-buku terbaru mendatangi satu sekolah". Tak ada demam membaca yang ditularkan. Mungkin bahkan siswa di sana lupa bahwa ada perpustakaan keliling yang pernah menyinggahi sekolahnya.

Demam membaca itulah yang mati-matian ditularkan oleh Suprapto, guru Bahasa Indonesia di sekolah yang tadi saya sambangi. Menyadari murid-muridnya tidak gemar membaca, tiap ada perpustakaan keliling hendak datang -- biasanya pihak pemkot menyurati sekolah bersangkutan perihal kehadiran armada penuh buku ini -- Prapto pun menggelar kiat. Ia menggiring siswanya menyerbu mobil perpustakaan keliling agar mereka mengambil masing-masing satu buku, membaca, kemudian menuliskan rangkuman. Prapto memanfaatkan seluruh jam mengajarnya untuk memberi tugas ini, bergantian kelas demi kelas.

Dari pengamatan saya, tidak semua murid Prapto ini dengan takzim membaca buku. Mereka lebih banyak becanda ketimbang menyimak "jendela dunia" di tangannya. Untuk itu, Prapto tak henti-hentinya mengingatkan pada mereka untuk membaca, kemudian menulis rangkuman, sebab waktu mereka pendek.

"Saya memang manfaatkan perpustakaan keliling untuk membangkitkan minat baca. Sekolah kami memang punya perpus sendiri, tapi buku-buku di sana tidak up date," katanya. Saya melongok perpustakaan sekolah tersebut. Menyimak dari satu rak ke rak yang lain. Alamak, sudah jadul, berdebu pula!

Zaman saya sekolah, perpustakaan merupakan tempat favorit. Bukan hanya perpus sekolah, tapi juga perpustakaan milik pemerintah di gedung SKB (Sanggar Kegiatan Belajar). Saya dan gerombolan teman berjumlah banyak begitu antusias mencari-cari buku baru. Sasaran perburuan biasanya buku-buku pengetahuan umum populer. Meleset-melesetnya novel Trio Detektif atau komik Trigan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline