Lihat ke Halaman Asli

FOMO: Ikut Arus Biar Dibilang Gaul, Padahal Nggak Paham Apa-Apa

Diperbarui: 25 September 2025   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengerjakan tugas. Doc Pribadi.

Pernah nggak kamu lihat orang yang selalu ikut-ikutan tren tanpa benar-benar paham? Mulai dari gaya berpakaian, cara bicara, sampai pilihan politik, semua diikuti begitu saja. Kalau ditanya alasannya, sering kali jawabannya simpel: "Iya suka aja." Nah, inilah yang disebut FOMO alias fear of missing out.

Fenomena ini bukan hal baru, apalagi di masyarakat kita. Sering kali, orang merasa lebih aman kalau ikut arus, meskipun arus itu nggak jelas arahnya. Entah itu tren media sosial, gaya hidup, atau bahkan isu yang sedang ramai dibicarakan. Padahal, kalau ditelusuri lebih dalam, ikut-ikutan tanpa pemahaman justru bikin kita terjebak dalam lingkaran dangkal: kelihatan sibuk, tapi nggak tahu esensinya.

Contoh Nyata Ikut-Ikutan

Di tongkrongan misalnya, ada satu orang cerita tentang isu politik terbaru. Yang lain langsung mengangguk-angguk setuju, padahal nggak paham inti persoalannya. Ada juga yang sekadar mengulang opini orang lain dari media sosial seolah itu hasil analisa pribadi.

Di dunia digital, lebih parah lagi. Ada tren baru di TikTok, semua buru-buru bikin konten serupa. Ada hoaks di WhatsApp grup, langsung dibagikan tanpa cek fakta. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh FOMO dalam membentuk pola pikir kita.

Kenapa Bisa Terjadi?

Setidaknya ada beberapa sebab kenapa masyarakat kita gampang terjebak ikut-ikutan.

1. Takut Dianggap Aneh atau Terasing
Manusia pada dasarnya makhluk sosial. Ketika orang-orang di sekitar mengikuti sesuatu, ada ketakutan kalau kita nggak ikut, kita bakal dianggap "nggak gaul" atau "nggak update".

2. Kurang Rasa Percaya Diri
Orang yang kurang percaya diri cenderung mencari validasi dari lingkungannya. Dengan ikut arus, mereka merasa aman karena berada di "zona mayoritas".

3. Malas Berpikir Kritis
Jujur saja, berpikir kritis itu butuh tenaga. Lebih mudah mengikuti apa yang sudah ramai daripada mencari tahu kebenarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline