Lihat ke Halaman Asli

Modul Nusantara Mahasiswa PMM 2 UPI ke Kampung Adat Desa Cirendeu

Diperbarui: 3 November 2022   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Mahasiswa PMM  2 UPI kembali melakukan kegiatan Modul Nusantara dengan Tema Kebhinekaan. Kegiatan ini adalah ke  Kampung Adat desa Cireundeu,Kampung Adat desa Cirendeu adalah salah satu desa yang memiliki kepercayaan sunda wiwitan. 

Akan tetapi ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monoteisme purba, yaitu di atas  dewa tunggal tertinggi maha kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang setara dengan Tuhan Yang Maha Esa. 

Penganut ajaran ini salah satu nya adalah kampung penganut kepercayaan ini kampung adat desa Cireundeu Kota Ciamis, Jawa Barat. Menurut penganutnya, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama oleh orang Sunda Secara universal, semua manusia memang mempunyai kesamaan di dalam hal Ciri Manusia. 

Namun, ada hal-hal tertentu yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya. Dalam ajaran Sunda Wiwitan, perbedaan-perbedaan antarmanusia tersebut didasarkan pada Cara Ciri Bangsa yang terdiri dari Rupa, Adat, Bahasa, Aksara, dan Budaya. sebelum datangnya ajaran Hindu dan Islam.

Sunda Wiwitan tidak mengajarkan banyak hal yang mejadi larangan larangan di kampong ini kepada para pemeluknya. Seperti yang kita ketahui bahwa tabu pelarangan sosial terhadap ucapan,  tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. biasa berupa ucapan sesuatu yang dilarang, dan tindakan melakukan suatu tindakan yang dilarang. 

Di Kampung adat Cirendeu ini juga mereka memiliki suatu kepercyaan sampai saat ini dan masih terus di lakukan oleh sebagai masyarakat yang berada di kampong cirendeu yaitu tidak memakan Nasi, akan tetapi mengolah singkong mejadi Nasi singkong dan itu merupakan makanan pokok dari kapung Cirendeu ini. 

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai tradisi, yang telah diturunkan secara turun temurun kepada anak cucu yang hidup di wilayahnya. Kebiasaan warisan nenek moyang tersebut lantas mengakar dan menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan di berbagai keadaan.

Layaknya makna yang terikat, kebiasaan tersebut lantas berkembang menjadi sebuah kepercayaan yang bersinergi dengan ajaran agama. Ajaran tersebut membaur dengan elemen sakral di tengah hiruk pikuk kehidupan sosial kemasyarakatannya.

Dokpri

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline