"Gigi saya copot, Prof. Tapi saya masih bisa makan."
Kalimat itu sering saya dengar. Lalu saya senyum tipis, sambil membatin,
"Bisa makan itu baik. Tapi bisakah kamu dikenali kalau suatu hari kamu ditemukan tanpa KTP?"
Itulah mengapa tulisan ini dibuat. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyadarkan:
gigi punya nilai identifikasi yang tidak bisa digantikan oleh plastik bernama KTP atau barcode di e-KTP.
Gigi Itu Personal, dan Tertulis
Di dunia forensik, kita punya satu "buku harian" biologis yang tidak bisa dipalsukan:
odontogram alias rekam status gigi.
Gigi kita mencatat riwayat tambalan, pencabutan, malposisi, bahkan luka atau trauma yang pernah kita alami di masa lalu. Dan semua itu bisa dibaca, bahkan bertahun-tahun setelah kematian.
Kalau kamu pernah cabut gigi di puskesmas, pernah tambal karies di klinik, atau bahkan hanya sekadar kontrol ortodonti, seharusnya semuanya tercatat. Jika tidak? Maka itu bukan cuma kelalaian medis, tapi kekosongan identitas yang bisa berakibat fatal dalam konteks forensik.
Identitas Bukan Cuma Nama
Di banyak kasus bencana, identifikasi korban tidak bisa mengandalkan wajah, sidik jari, apalagi kartu identitas. Semuanya bisa terbakar, hancur, atau hanyut.
Yang tersisa? Gigi. Rahang. Odontogram.