Lihat ke Halaman Asli

Febrianto

Rakyat Jelata

Ketupat Ibu

Diperbarui: 13 April 2024   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Takbir dan bedug bersahutan
Jalan-jalan penuh sorak sorai
Syair-syair kemenangan dilantunkan
Semua bersuka ria

Asap dapur mengepul
Aroma daun pandan semerbak dijalanan
Rempah-rempah tumpah ruah
Si ibu bercucuran keringat di depan tungku

Dalam sibuknya bersama ketupat
Jiwanya berkecamuk
Malam ini dia masih berharap suara ketukan pintu
Suara ketukan yang disusul langgilan "ibu aku pulang"

Tapi... ketupat itu sudah mulai mengeluarkan aroma pandan
Aroma pertanda sebentar lagi ketupat itu matang
Apakah tahun ini kembali tanpa mereka?
Apakah tahun ini aku kembali sendiri di hari kemenangan ini?

Itulah siksa batin seorang ibu yang merindukan anaknnya
Di rantau belum tentu siksa batin yang sama dirasakan sang anak
Kemenangan hari ini bukanlah kemenangan yang diharapkan
Di hari kemenangan si ibu tidak menang karena rindu.

Buludua, 11 April 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline