Lihat ke Halaman Asli

Fazil Abdullah

Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Kunci Pendekar Datar

Diperbarui: 5 Maret 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai kunci dicemplungkan Pendekar Datar ke sungai yang penuh buaya datar dan semak belukar, buaya berkerebutan bergosip.

"Eh, eh, tau gak tadi Pendekar buang kunci ke sungai?" Buaya datar memulai.

"Kunci apaan? Kenapa dibuang?" tanya Kancil sambil berlompatan di atas badan buaya datar yang rapi berbaris di sungai.

"Kunci gerbang ke negeri ini. Masak gak liat lu, Cil? Tadi kan kedengaran sungai kejebur sesuatu. Udah kuliat di bawah air sono, yang dicemplung pendekar itu kunci gerbang negeri ini. Tadi sengaja dibuang sambil marah-marah mukanya. Teriak-teriak pula. Sampe petir ikut teriak juga tadi."

"Ooo...." Kancil menanggapi rada cuek.

"Kok o aza...?" Buaya kesel.

"Duh, gue lagi berusaha nyeberang sungai. Emang lu kira enak jalan di atas badan kalian.kepleset dikit mati gua. Lagian gue lagi mikir gimana bawa kerbau buat upah kalian ke sini.

"Udeh biarin aja tuh pendekar. Masa bodo sama pendekar sableng itu. Paling gegara masalah cinta ditolak. Ngambek. Dan begitulah."

"Kagak bisa. Kalo kunci gerbang dibuang, gue kagak bisa ke sungai tetangga. Mati gue di sini. Kagak ada makanan. Cuma ada lu yang ceking. Dimakan sayang malah sial. Gak kenyang malah nambahin tai gigiku doang."

"Hohoho. Makasih udah gak makan gue. Tenang aja. Kunci serep sama si pendekar penjaga kunci."

"Lha dia kan amnesia. Belum tentu kuncinya ketemu cepat. Trus mati deh kami kelaparan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline