Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Zacky

Mahasiswa di IPB University

Tim Ecoculture PKM RSH IPB University Teliti Kearifan Lokal Kampung Adat Cireundeu dalam Mitigasi Deforestasi

Diperbarui: 16 September 2025   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pepatah yang disematkan di Gunung Salam, Kampung Adat Cireundeu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Cimahi -- Kampung Adat Cireundeu di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat, tetap teguh menjaga tradisi leluhur dalam mengelola hutan meskipun pembangunan terus berjalan. Nilai-nilai yang diwariskan menjadi benteng adat untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Pada tanggal 17-18 Agustus 2025, tim Ecoculture dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora (RSH) IPB University melakukan kunjungan lapangan guna mendalami nilai-nilai adat serta bentuk disrupsi terhadap ekosistem hutan di kawasan tersebut.

Hutan merupakan bagian penting bagi masyarakat adat kampung adat Cireundeu, tim menemukan pepatah yang disematkan di Gunung Salam, gunung yang ada di Kampung adat Cireundeu.

 "Gusti nu Asih, Alam Nu Ngasah, Manusa nu ngasuh", yang memiliki makna filosofis yaitu Tuhan yang mengasihi, alam yang mengembangkan, manusia yang merawat. Terdapat hubungan timbal yang harmonis: Tuhan memberikan kasih, alam membentuk karakter dan pengetahuan, sementara manusia berkewajiban menjaga kelestarian alam sebagai wujud rasa syukur dan pengabdian kepada Tuhan.

Hutan di Kampung Adat Cireundeu dibagi ke dalam tiga zonasi, yakni Leuweung Larangan, Leuweung Tutupan Leuweung Baladahan.

Leuweung Larangan bersifat sakral dan tidak boleh dieksploitasi, Leuweung Tutupan sebagai kawasan penyangga untuk reboisasi dengan aturan wajib menanam kembali, serta Leuweung Baladahan yang digunakan masyarakat untuk bercocok tanam jagung, singkong, kacang, dan umbi-umbian. Sistem pengelolaan ini menjadi wujud nyata kearifan lokal dalam melestarikan ekosistem hutan.

Meski demikian, masyarakat adat menghadapi tantangan seperti urbanisasi, perubahan gaya hidup generasi muda, hingga intervensi pihak luar yang berpotensi mengganggu keberlanjutan hutan. Tim Ecoculture menilai kearifan lokal Cireundeu menjadi contoh penting bagaimana adat dapat berfungsi sebagai mekanisme mitigasi deforestasi sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat.

Harapannya, tradisi di kampung adat Cireundeu tidak hanya dilestarikan oleh warganya, tetapi juga menjadi inspirasi generasi muda Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan berbasis nilai budaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline