Lihat ke Halaman Asli

Bioethanol : The Future Gasoline

Diperbarui: 21 Agustus 2017   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bioethanol : The Future Gasoline

Pendahuluan

           Indonesia memiliki sumber daya energi yang melimpah baik energi fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara maupun energi terbarukan seperti biomassa, angin, surya, panas bumi, hidro dan samudera. Cadangan minyak bumi terus menurun sedangkan konsumsi terus meningkat sehingga impor minyak bumi pun semakin meningkat. 

Subsidi membuat harga bahan bakar menjadi relatif murah yang mendorong meningkatnya jumlah transportasi pribadi sedangkan transportasi massal kurang diperhatikan. Konsumsi bahan bakar/bensin yang terdiri dari premium, pertamax dan pertamax plus terus meningkat pada rentang tahun 2006 -- 2012 dengan kenaika 9% per tahun. Tabel 1 menggambarkan konsumsi bensin antara tahun 2006 -- 2012.

Tabel 1. Konsumsi bensin 2006 -2012

Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistic, Pusdatin-KESDM, 2013 dalam Sidik, 2014)

Permasalahan utamanya adalah jumlah diatas tidak mampu dipenuhi oleh kilang minyak dalam negeri sehingga pemerintah harus mengimpor bahan bakar yang kian tahun kian meningkat. Bahkan beberapa tahun kedepan, kebutuhan bahan bakar di Indonesia akan meningkat tajam karena pertumbuhan ekonomi yang cukup cepat (Sidik, 2014). Tabel 2 menggambarkan kapasitas produksi bahan bakar dalam negeri dan seberapa banyak impor bahan bakar yang diperlukan.

Tabel 2. Produksi bensin dalam negeri dan impor 2006 - 2012

Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistic, Pusdatin-KESDM, 2013 dalam Sidik, 2014)

Bioetanol
  • Bahan Baku etanol terbagi menjadi dua tipe yaitu etanol sintetis yang berasal dari minyak bumi melalui sintesis kimia dan etanol yang berasal dari biomassa yang disebut bioetanol melalui proses fermentasi. Bahan baku yang biasa digunakan untuk memproduksi bioetanol adalah bahan berpati (singkong, jagung, gandum, sagu, kentang), bahan bergula (molase, nira tebu, nira sorgum manis), dan bahan berselulosa (limbah pertanian, seperti jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung). Pada Tabel 3 dijelaskan tentang perbandingan bahan baku berpati dan bioetanol yang dihasilkan.
  • Tabel 3. Bahan baku berpati (hasil panen) dengan alkohol yang dihasilkan

Sumber : Sidik, 2014

Permasalahan utama ketika menggunakan hasil panen sebagai bahan baku adalah terjadinya persaingan dalam pemanfaatan produk. Karena selain ditujukan untuk bahan bakar, etanol pun digunakan dalam industri makanan dan menjadi bahan baku industri lainnya. Adapun bahan baku bergula harganya terlalu tinggi. 

Sehingga pemanfaatan bahan berlignoselulosa mulai diteliti dalam beberapa dekade terakhir untuk menghasilkan etanol karena bahan-bahan berlignoselulosa belum banyak dimanfaatkan, harganya murah dan ketersediannya melimpahdi Indonesia. Berikut ini adalah bahan-bahan berlignoselulosa yang berpotensi menghasilkan etanol yang ditinjau dari kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin yang dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Bahan baku berlignoselulosa

Sumber : Dewi, dkk, 2013

Teknologi Produksi
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline