Lihat ke Halaman Asli

Mercusuar di Tengah Badai: Peran Pengajar Unik dalam Menuntun Bangsa

Diperbarui: 12 September 2025   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mercusuar di Tengah Badai: Peran Pengajar Unik dalam Menuntun Bangsa

Membangun peradaban bukanlah perkara ringan. Ia menuntut energi kolektif yang luar biasa besar, ibarat mendirikan sebuah kota di atas samudra: butuh fondasi yang kokoh, tiang-tiang penyangga yang kuat, benteng yang tahan serangan, sekaligus mercusuar yang mampu menuntun arah. Semua itu pada akhirnya bertumpu pada kualitas mayoritas manusia yang menyusunnya. Jika mayoritasnya adalah individu unik---yakni pribadi yang otentik, berkarakter, dan berani menghidupi potensi dirinya---maka peradaban itu akan tegak laksana gunung yang tak mudah digoyahkan.

Namun, individu unik tidak jatuh dari langit. Ia dibentuk, diasah, dan dituntun. Dan tugas besar itu dipikul oleh para pengajar. Tetapi tidak semua pengajar mampu melahirkan individu unik. Dibutuhkan pengajar yang juga unik---pengajar yang sadar akan fitrah dirinya, sanggup menjembatani tradisi dan imajinasi, dan berani keluar dari pola seragam yang kerap mendominasi pendidikan modern.

Di sinilah peran pengajar unik menjadi mercusuar di tengah badai. Mereka bukan kapal yang ikut terseret arus, melainkan menara cahaya yang menuntun kapal-kapal lain agar tidak karam.

Unik Bukan Aneh, Melainkan Otentik

Kata "unik" sering kali dipahami keliru. Banyak yang mengira ia berarti eksentrik, berbeda demi berbeda, atau sekadar menonjolkan keanehan. Padahal unik sejatinya adalah otentik---setia pada fitrah, jujur pada potensi, dan berani menolak seragamisasi.

Seorang individu unik bukanlah orang yang memaksakan diri tampil beda, melainkan mereka yang menemukan pusat dirinya sendiri. Demikian pula pengajar unik: ia tidak mengajar untuk melahirkan duplikat dirinya, melainkan membantu murid-murid menemukan otentisitas masing-masing.

Untuk mencapai tahap ini, pengajar harus terlebih dahulu selesai dengan dirinya. Ia harus menempuh perjalanan kesadaran diri, mengenal kelebihan sekaligus keterbatasannya. Tanpa itu, ia hanya akan memaksa murid mengikuti pola hidup yang ia sendiri belum tentu pahami.

Tradisi dan Imajinasi: Dua Sayap Pengajar Unik

Pengajar unik adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia menggali harta tradisi---ilmu, agama, budaya---namun tidak berhenti pada penghafalan. Ia berani berimajinasi, menafsir ulang, bahkan menciptakan jalan baru.

Tradisi tanpa imajinasi hanya melahirkan pengulangan. Imajinasi tanpa tradisi hanya melahirkan ilusi. Pengajar unik mampu memadukan keduanya. Ia mengakar, namun juga mengepakkan sayap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline