Lihat ke Halaman Asli

Fatmi Sunarya

TERVERIFIKASI

Bukan Pujangga

Monolog Cermin

Diperbarui: 9 September 2021   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi https://www.piqsels.com/id/public-domain-photo-ijtbw

Fajar menyinsing, tak pernah kulewatkan berbincang dengannya kala pagi. Dengan sebuah cermin untuk berkaca menemani. Jangan engkau menertawai. Bahwa cermin ini hanya benda mati. Dia sangat memahami lahir pun batin diri.

Cermin memuji walau rambut acak-acakan didepannya. Masih menempel tahi mata. Cantik alami, sembur cermin menggoda. Kala aku berdandan kau mulai terlihat cemburu dan bertanya. Mau ke mana? Bibirku mulai bergincu, dan dirimu merajuk tak bicara.

Ah jangan engkau memarahiku. Aku akan selalu kembali padamu. Bukankah engkau sebagai penghiburan saat mendung menggantung di mata. Engkau yang selalu ada saat mata mulai berkaca-kaca. Jangan menangis lagi bisikmu dalam lara.

Aku semakin tua, keluhku pada suatu ketika. Sambil meraba kontur muka yang mulai keriput. Engkau tetap masih memuji, kecantikan itu dari jiwa nan elok, jujur dalam kebaikan. Wahai cermin, walau warnamu mulai kusam kita berdua menua. Kita saling berkaca dalam cahaya buram sepanjang masa. Suatu saat kau akan retak berderai, kita akan bercerai. Aku pun pasti pergi tanpa bisa dilerai.

FS, 09 September 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline