Lihat ke Halaman Asli

Farilla Aprillia

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Rahasia Sukses UMKM: Strategi untuk Meningkatkan Profitabilitas

Diperbarui: 7 Desember 2024   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memegang peranan penting pada perekonomian. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), terdapat sekitar 64,2 juta unit UMKM di Indonesia pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan seberapa besarnya kontribusi sektor ini terhadap ekonomi nasional. Namun, banyak pelaku UMKM menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal pengelolaan keuangan.
Masalah yang sering muncul antara lain biaya operasional yang tidak terkendali, fluktuasi harga bahan baku, hingga ketidaktahuan soal penetapan harga jual. Akibatnya, banyak UMKM yang kesulitan mencapai profitabilitas, bahkan tidak jarang usaha yang gulung tikar. Di tengah tantangan tersebut, terdapat satu contoh usaha yang bisa dijadikan pelajaran, yaitu dari Nasi Liwet Bu Rima, sebuah UMKM kuliner khas Surakarta.
Melalui pendekatan sederhana, yakni Analisis Biaya Volume Laba (BVL), Nasi Liwet Bu Rima berhasil mengelola biaya operasional, menentukan harga jual yang tepat, dan mengoptimalkan keuntungan. Apa Itu Analisis Biaya Volume Laba? Analisis Biaya Volume Laba (BVL) adalah salah satu teknik pada akuntansi manajemen yang membantu pengusaha memahami hubungan antara biaya produksi, volume penjualan, dan laba. Dengan alat ini, pelaku usaha dapat menghitung titik impas (break-even point), yaitu jumlah minimum produk yang harus dijual untuk menutupi semua biaya operasional. Selain itu, teknik ini juga membantu menetapkan target penjualan yang realistis yang berguna untuk mencapai laba yang ditargetkan. Manfaat utama dari Analisis BVL adalah memberikan panduan bagi para pelaku usaha untuk memahami struktur biaya, menetapkan harga jual yang sesuai, dan mengambil sebuah keputusan yang strategis berdasarkan pada data keuangan.
Nasi Liwet Bu Rima memproduksi 3.000 porsi nasi liwet setiap bulannya. Harga jual per porsi ditetapkan sebesar Rp. 8.000. Untuk setiap porsi yang dijual, biaya variabel seperti bahan baku dan bahan penolong adalah Rp. 5.270, sedangkan untuk biaya tetap bulanan, yang mencakup sewa tempat, gaji tenaga kerja, dan penyusutan peralatan, adalah Rp. 1.835.942.
Dengan menggunakan Analisis BVL, Bu Rima menghitung titik impas usaha tercapai ketika ia menjual 673 porsi nasi liwet per bulan atau mendapatkan pendapatan minimal Rp5.380.049. Informasi ini menjadi acuan penting dalam menentukan langkah strategis, seperti menjaga efisiensi produksi dan menetapkan target penjualan.
Ada beberapa strategi pengelolaan keuangan yang bisa diterapkan oleh pelaku UMKM: [1] Pahami struktur biaya, langkah pertama adalah memisahkan antara biaya tetap (seperti sewa tempat, gaji tenaga kerja, dan penyusutan peralatan) dan biaya variabel (seperti bahan baku). Dengan memahami struktur biaya, pelaku usaha bisa mengetahui komponen mana yang paling memengaruhi total biaya produksi. [2] Efisiensi dalam penggunaan bahan baku, mengelola bahan baku utama seperti beras, ayam, dan telur sangat penting untuk mengurangi pemborosan. Dengan efisiensi ini, biaya produksi dapat ditekan tanpa mengorbankan kualitas produk. [3] Penetapan harga berdasarkan margin kontribusi, harga jual harus bisa menutupi biaya variabel per unit dan memberikan kontribusi positif pada laba. Dengan pendekatan ini, setiap produk yang terjual akan memberikan margin keuntungan yang mendukung keberlanjutan usaha. [4] Pemantauan keuangan rutin, laporan keuangan seperti laporan laba rugi harus digunakan secara berkala untuk memantau posisi keuangan. Dengan data ini, para pelaku usaha dapat mengambil keputusan strategis dengan lebih cepat.
Meskipun Analisis BVL memberikan banyak manfaat, pelaksanaannya tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah fluktuasi pada harga bahan baku. Ketika harga bahan baku melonjak, biaya variabel pun akan meningkat, sehingga target penjualan atau harga jual harus disesuaikan agar tidak mengalami kerugiam. Untuk mengatasi tantangan ini, pelaku usaha disarankan menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok terpercaya atau membeli bahan baku dalam jumlah besar pada saat harga bahan pokok stabil. Langkah ini dapat membantu menjaga biaya untuk tetap terkendali.
Selain itu, rendahnya tingkat literasi keuangan di kalangan pelaku UMKM juga menjadi sebuah hambatan. Menurut survei OJK tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%. Banyak pelaku UMKM belum memahami pentingnya pengelolaan keuangan berbasis data, sehingga keputusan yang diambil sering kali tidak didukung oleh informasi keuangan yang akurat.
Nasi Liwet Bu Rima membuktikan bahwa pengelolaan keuangan yang baik adalah fondasi dari kesuksesan UMKM. Dengan alat sederhana seperti Analisis BVL, pelaku UMKM dapat menghitung titik impas, menentukan target laba, dan menjalankan usahanya dengan lebih efisien.
Rekomendasi untuk Pelaku UMKM agar UMKM mampu bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
1.Tingkatkan Literasi Keuangan
Mengikuti pelatihan atau konsultasi terkait pengelolaan keuangan bisa membantu pelaku usaha memahami cara menggunakan data keuangan untuk mendukung pengambilan keputusan.
2.Gunakan Alat Keuangan Sederhana
Pelaku usaha dapat memanfaatkan panduan dan alat keuangan yang dirancang khusus untuk UMKM, seperti software akuntansi sederhana, untuk mempermudah dalam melakukan analisis keuangan.
3.Menjalin Kolaborasi dengan Konsultan atau Akademisi
Melibatkan konsultan atau bekerja sama dengan institusi pendidikan dapat memberikan pendampingan yang lebih mendalam dalam mengenai penerapan strategi keuangan.
4.Selalu Mengikuti Perkembangan Pasar
Dengan memahami tren pasar dan fluktuasi harga, pelaku usaha dapat menyesuaikan strategi operasional secara adaptif.
UMKM seperti Nasi Liwet Bu Rima adalah bukti nyata bahwa pengelolaan keuangan yang baik bisa membawa perubahan besar untuk keberlangsungan usaha. Dengan strategi yang tepat, UMKM tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan, namun juga menjadi motor penggerak ekonomi yang lebih kuat.
Melalui pendekatan seperti Analisis BVL, pelaku usaha dapat mengambil berbagai langkah yang tepat untuk memastikan setiap produk yang dijual memberikan kontribusi positif pada laba. Sekarang, saatnya UMKM Indonesia menggunakan strategi keuangan yang lebih terstruktur agar dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang semakin kuat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline