Lihat ke Halaman Asli

Antiklimaks Romeo-Julia

Diperbarui: 25 November 2016   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertemuan pertamaku dengan Julia dimulai saat kulihat dirinya di pesta dansa Capulet. Julia mengenakan gaun putih panjang; menggulung hampir semua rambutnya ke atas. Poninya yang panjang jatuh terurai menghiasi wajahnya yang mungil. Ia nampak bagaikan bidadari dan membuatku merasa berada di surga. Hanya beberapa detik aku bertemu dengannya, telah menghilangkan perasaanku terhadap Rosaline, gadis yang kusuka. Bayang-bayang Rosaline kini telah digantikan sosok Julia yang begitu indah.

            Setelah memberanikan diri untuk menyapanya, akhirnya aku berhasil berkenalan dengannya. Aku sangat bahagia saat ia membalas jabatan tanganku. Ia menyebutkan namanya, demikian juga denganku. Ia begitu ramah dan lembut. Aku benar-benar ingin memilikinya. Dengan keras aku memikirkan bagaimana cara untuk dapat bertemu kembali dengan Julia. Ah! Kuajak saja ia untuk bertemu di taman, pikirku dalam hati. Aku pun segera memintanya untuk menemuiku di taman lima hari lagi. Wajah manis nan elok itu pun menyetujui usulanku.

            Sejak saat itu, aku telah jatuh cinta pada Julia. Ia begitu memesona, aku tak pernah bertemu dengan gadis seperti ia. Aku terus mencari cara agar ia menjadi kekasihku. Namun, tak banyak yang bisa kulakukan. Mungkin ini hal yang konyol, tetapi aku percaya kekuatan doa. O, Tuhan Yang Maha Pengasih, aku mohon pada-Mu agar Julia mempunyai perasaan yang sama denganku, amin, pintaku pada Tuhan sebelum aku memejamkan mata.

            Hari bergulir dengan lama saat aku sangat merindukan Julia. Waktuku habis untuk merancang kata-kata lamaranku untuknya. Aku yakin bahwa Julia adalah pasangan hidupku selamanya. Di sisi lain, aku tahu bahwa Paris adalah calon suami Julia. Begitu sakit hatiku saat mengingat hal ini. Paris memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Capulet, ayah Julia, sedangkan aku? Tentu saja, keluarga kami satu sama lain saling bermusuhan. Entah apa yang terjadi di masa lalu mereka. Aku kehilangan harapan, tetapi aku terus berdoa kepada Tuhan hingga hari yang kutunggu pun datang.

Romeo : ”Ah, Julia, aku sangat bahagia kita dapat bertemu kembali. Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku dan sangat ingin aku sampaikan kepadamu,” ucapku dengan penuh perasaan.

Julia : “Ya, Romeo, aku juga bahagia melihatmu lagi di taman ini. Sampaikanlah maksud hatimu itu agar terbebaslah dari segala belenggu.”

Romeo : “Begini, aku tahu dirimu akan segera menikah dengan Paris, aku akan sangat bahagia bila kau juga.”

Julia : “Lalu?”

Romeo : “Ah, ya, aku merasa tidak pantas mengucapkan ini. Entah mengapa sejak bertemu denganmu, aku menjadi jatuh cinta kepadamu dan ingin sekali mempersuntingmu. Aku tahu ini tidak masuk akal, tetapi inilah yang aku rasakan terhadapmu. Maafkan aku terlalu lancang, aku yakin kau adalah pasanganku yang abadi.”

Julia : “Romeo, aku sungguh bahagia mendengar ucapanmu. Kautahu? Aku pun merasakan hal yang sama. Selama ini aku hanya dipaksa untuk menikah dengan Paris, tetapi hatiku justru membencinya. Saat melihatmu aku seperti melihat sosok lelaki yang kudamba. Kalau begitu, kita harus memikirkan cara agar kita dapat menikah dan aku pun akan terbebas dari Paris.”

Romeo : “Sungguh aku tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Terima kasih, Julia. Aku sangat berterima kasih kepadamu. Baiklah, mungkin kita harus menemui Paris agar ia mau membatalkan pernikahannya denganmu. Aku berani melakukan ini demi kita berdua. Lebih baik kita ke rumah Paris sekarang.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline