Lihat ke Halaman Asli

faqih Muhammad

Graphic Desain

Apa yang Kita bisa tiru dari seekor kucing liar ?

Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seekor kucing liar tampak sederhana: makhluk kecil yang hidup di jalanan, kadang dipandang lucu, kadang dianggap pengganggu. Namun justru dari kesederhanaan itu, kita bisa melihat refleksi tentang eksistensi manusia.

Saya pernah mengangkat seekor kucing liar. 

Hujan deras membuatnya menggigil, mengeong lemah seolah memanggil induk yang tak kunjung datang. Saya kasihan, lalu membawanya pulang. Sejak itu, ia hidup bersama saya dan keluarga.

Namun pengalaman itu tidak sekadar tentang memelihara hewan. Ia membuka ruang renung: mengapa seekor kucing bisa begitu bergantung pada keberadaan orang asing yang kebetulan melintas? Bukankah manusia pun sama? Kita lahir tanpa apa-apa, rapuh, lalu tumbuh karena ada orang-orang yang menolong, membimbing, atau bahkan sekadar hadir di momen tertentu.

Ketika saya harus pindah rumah, kucing itu seolah ingin ikut. Dalam hati saya bertanya: bukankah habitatmu di sini? mengapa kau ingin mengikuti manusia yang suatu hari pun harus pergi juga? Dan di situlah kesadaran muncul: kita, sebagaimana kucing itu, tidak pernah sepenuhnya memiliki siapa pun.

Heidegger pernah berkata bahwa manusia adalah "being-towards-death"---ada yang menuju kematian. 

Setiap relasi, setiap kebersamaan, pada dasarnya sementara. Dunia ini bukan tempat menetap, melainkan sekadar ruang singgah. Kita dipungut, kita dirawat, lalu pada akhirnya kita dilepaskan.

Kucing liar itu bagi saya bukan sekadar hewan. 

Ia adalah cermin. 

Bahwa hidup bukan tentang memastikan siapa yang akan menemani kita sampai akhir, melainkan tentang menerima bahwa perpisahan adalah keniscayaan. 

Kita bisa menjadi "cantik" karena kasih sayang yang pernah singgah, tetapi kita pun harus belajar berjalan sendiri ketika kasih itu pergi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline