Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Mochtar Riady The Magic Man Of Bank Marketing, Julukan yang tak salah tempat

Diperbarui: 16 Maret 2022   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar ini diambil dari https://intisari.grid.id/

Suatu waktu saya ada dimutasi dari Perusahaan yang semula bertugas di salah satu cabang SPBU Shell di Kedoya menuju Shell Lippo Karawaci di Kelapa Dua Tangerang. Walau namanya Karawaci secara geografis kini terletak Kelurahan Bencongan dan Bencongan Indah Kelapa Dua Tangerang. Disitulah saya mengenal Lippo dan tentu sang Lippo Grup Founding Fathers Pak Mochtar Riady, tidak kenalan langsung tapi jadi tahu.

Shell Lippo Karawaci termasuk salah satu SPBU Shell yang hadir pertama kali di tanah air bersama Shell Sparman di Jakarta. Tepat di sebrang Pom bensin yang tempat saya dimutasi sejak 2014, ada SuperMall Karawaci yang sebelumnya bernama Lippo Supermall, nah dulu Mall ini masih menjadi bagian dari Mall yang dimiliki Grup Lippo seperti lokasi tempatnya yang masih dari bagian Lippo Village, kini kepemilikannya dimiliki oleh Grup Salim. Jujur Mall ini saya rasa termasuk paling ramai dan paling terkenal di Tangerang Raya,ada toilet berbayar juga lho yang mewah, kapan kapan saya mau tulis ah.

Nah di balik Lippo Village yang jadi lokasi SuperMall Karawaci, Pom Shell Karawaci dan Perumahan juga beberapa Apartmen bagian Lippo Karawaci Tbk serta satu komplek Makorem, berdirilah konglomerasi besar di tanah air yang di bangun dari 0 oleh Pak Mochtar Riady. Yang sekarang ini bisnisnya sudah menggurita di pelbagai lini usaha. Bapak yang bernama lahir Lie Moe Tie pertama kali memulai usahanya dengan membuka toko sepeda di Jakarta pada tahun 1954 dan kini menduduki posisi orang paling kaya di Indonesia ke 23 menurut Forbes per Februari 2022.

Memang kini bisnis yang dijalani nya tidak tanggung tanggung luar biasa besar dan banyak. Tidak hanya di tanah air tapi juga di mancanegara. Sebelumnya Ayahnya tidak setuju dengan keputusannya menjadi seorang Bangkir Bank lantaran menurutnya hanya untuk orang kaya, dan melihat kondisi keluarganya rasanya tidak mungkin, tapi lihatlah kegigihannya kini hasil tak akan mengkhianati. Saya lebih suka memanggilnya Konglomerat di banding Crazy Rich lantaran memang usaha yang dirintisnya pakai bisnis yang terlihat oleh mata dan waktu yang memang menjawab kerja kerasnya.

Keluarga Pak Moctar Riady berasal dari Tiongkok daerah Fujian yang merantau ke Indonesia sekitar tahun 1918 saat itu belum ada Republik Indonesia masih Hindia Belanda dan keluarganya menjadi pedagang batik di Kota Malang. Beliau lahir di Kota Malang juga, mungkin tidak banyak yang tahu sebagai orang yang besar di zaman penjajahan Belanda di tanah air, Pak Mochtar sempat di penjara dan buang ke Tiongkok kala itu lantaran ikut berjuang menentang pembantukan Negara Indonesia Timur.

Tak patah arang selama diasingkan juga Pak Mochtar belajar di Univeristas Nangking kemudian sementara waktu tinggal di Hongkong dan akhirnya pulang kampung ke Indonesia, serta pada kisah cintanya berjodoh dangan perempuan asal jember Suryawati Lidya yang menjadi Istrinya. Dari keluarga ini lahirlah 6 orang anak yang kini melanjutkan usahanya.

Pertama kali bergabung dengan Bank adalah Bank Kemakmuran tahun 1959, kemudian karena ada ketidka cocokan beralih kemudian ksaat sedang bertemu rekan nya pada reuni kecil memulai langkah baru dengan Bank Buanayang kemudian kini dibeli UOB dan beralih nama menjadi Bank UOB Indonesia, kemudian saat itu memiliki beberapa Bank kecil bemasalah, dari Bank Bank inilah dia belajar bagaimana mengatasi dan mengembangkan sebuah Lini Bank yang sehat. 

Melanjutkan Karir Bangkirnya di Bank Panin sampai tahun 1975, lalu pindah ke Bank Central Asia sampai paruh tahun 1990. Disisi lain pada tahun 1981 juga melakukan pembelian 49 %  Bank Perniagaan Indonesia yang kala itu pemiliknya sedang mengalami krisis keuangan. Tidak hanya uncang uncang kaki beliau juga bersama pemilik Bank tersebut, Haji Hasyim Ning membangun Bank itu, sampai menjadi besar kemudian merger dengan Bank Umum Asia tahun 1989 dan lahirlah Bank Lippo. 

Bank Lippo adalah asal muasal lahirnya Lippo Grup kini. Penamaan Lippo juga ada arti khusunya yakni kependekan dari Li yang memiliki makna Modal dan Po yang artinya seumber kekuatan, keduanya bila digabungkan menjadi ekuatan modal dan moral, salah satu makna yang dalam dan folosopi yang mengakar kuat. Coba tengok saja lambang Lippo yang berbentuk infinity loop juga grafiti darihuruf L dan P digabung.

gambar ini diambil dari https://ekbis.sindonews.com/

Dikenal sebagai The Magic Man of Bank Marketing berkat bagaiman cara Pak Mochtar mengembangkan Bank yang dikelolanya bukan hanya jadi besar juga tidak merugi. Contoh bukankah BCA dan Panin juga adalah Bank besar kini di tanah air. Walaupun akhirnya Lippo Bank Lebur dengan CIMB Niaga tapi bisnis Grup Lippo tidak berhenti begitu saja di dunia perbankkan buktinya Bank National Nobu juga mulai eksistensinya walau belum terlihat sesukses Bank Lippo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline