Dunia sepakbola pernah dan masih akan terus diwarnai air mata. Tapi bukan karena kalah adu penalti atau gagal lolos dari fase grup. Tangisan yang paling menusuk justru muncul saat kita kehilangan pemain karena kecelakaan.
Mereka adalah atlet profesional. Punya kecepatan, kekuatan, bahkan pengamanan ekstra dari klub. Tapi satu yang tak pernah bisa dilindungi secara total: takdir. Dan sayangnya, sebagian takdir itu datang dari kecelakaan di jalan raya, di udara, atau di perjalanan pulang yang seharusnya biasa saja.
Berikut adalah momen-momen menyakitkan ketika sepakbola harus mengucapkan "selamat tinggal" terlalu cepat.
Foto: Selebrasi Dogo Jota/Sumber: bola.net
1. Diogo Jota: Luka yang Masih Terlalu Segar
Juli 2025. Dunia sepakbola kembali berduka. Diogo Jota, penyerang Liverpool dan Timnas Portugal, dikabarkan meninggal dunia karena kecelakaan mobil di Spanyol.
Jota bukan pemain flamboyan. Ia tidak suka sorotan. Tapi kerja kerasnya? Selalu bersinar. Dia tipikal pemain yang rela berlari mengejar bola mati di menit 90, hanya untuk merebut peluang sekecil apapun. Dan hari itu Jota pergi bukan karena cidera, bukan karena usia, tapi karena jalanan.
Sebuah mobil, malam yang gelap, dan momen singkat yang mengakhiri karier sekaligus hidup seorang petarung lapangan. Portugal kehilangan mesin tenaganya. Liverpool kehilangan striker cerdasnya. Dan kita semua kehilangan salah satu pesepakbola paling rendah hati yang pernah mengenakan jersey merah.
Foto: Emiliano Sala/Sumber: ForForTwo
2. Emiliano Sala: Tiket Menuju Premier League yang Tak Pernah Sampai
Masih segar dalam ingatan publik sepakbola ketika Emiliano Sala dinyatakan hilang dalam penerbangan dari Nantes ke Cardiff. Ia baru saja dikontrak klub Premier League dan sedang bersiap membuka babak baru dalam kariernya.
Pesawat kecil yang membawanya jatuh di Selat Inggris. Dan yang tersisa hanyalah pesan suara terakhirnya: "Aku takut... pesawat ini seperti akan jatuh."