Lihat ke Halaman Asli

Fahrizal Muhammad

Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Ramadanku Tetap Ceria

Diperbarui: 25 April 2020   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi fahrizal muhammad

Ramadhan, kurindu untuk bertemu

Siapkan hatiku juga hatimu

Ramadhan, kurindu untuk bertemu

Dengan penuh cinta, jemput indah Ramadhan

DNA Adhitya (2018)

Sya'ban berangkat sudah. Semesta menyambut tamu istimewa: Marhaban ya Ramadhan. Mari kita bergegas menuju satu titik dengan sepenuh hati. Bismillah! 

Ramadan tahun ini menjadi sangat spesial. Kita menyambutnya dalam suasana yang sama sekali baru. Seluruh umat muslim Indonesia belum punya pengalaman bagaimana memasuki dan mewarnai Ramadan di tengah pandemi seperti ini. Seketika romantisme masa lalu pun menyeruak dari ingatan: masjid yang semarak oleh berbagai kegiatan, anak-anak kecil dengan wajah cerianya berkumpul dan berkreasi di masjid, di sejumlah titik spanduk-spanduk menyambut Ramadan bertebaran, atau tukang timun suri sudah marak di tepi-tepi jalan. Semua itu menjadi sejumput kenangan di Ramadan tahun ini. 

Ada satu yang sangat berbeda: suasana. Sejumlah komplek perumahan sepi, sesepi-sepinya. Bila di banyak Ramadan suasana ramai itu begitu sangat terasa, kapan pun, apa lagi malam. Ibarat kata, kita mau keluar rumah atau pulang jam berapa pun ketika Ramadan, "hawanya" berbeda, hangat. Betapa tidak! Di sejumlah titik selalu saja ada yang kumpul untuk menghidupkan malam dengan berbagai kegiatan. Apalagi kita yakin, di setiap rumah pasti ada saja yang tetap terjaga dalam ibadah. Kini semua tinggal kenangan. Di semua ruas jalan hanya ada kelengangan. Dingin. Senyap. 

Ruang Kembali

Pada gilirannya, kita harus belajar mengerti. Covid-19 menjadi teka-teki. Tak seorang pun yang berani memastikan, apa status kita hari ini. Ada di fase apa kita hari ini? Sampai kapan harus terkurung dan berdiam di rumah seperti ini? Yang datang justru berbagai pembatasan yang membuat ruang gerak kita semakin sempit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline