Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadanku Tetap Ceria

25 April 2020   10:19 Diperbarui: 25 April 2020   10:31 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi fahrizal muhammad

Lalu, pantaskah kita terpuruk dan sedih, Saudaraku? Ternyata kita tidak punya DNA untuk itu. Kita dilahirkan sebagai makhluk dengan tingkat adaptasi yang luar biasa. Kita bukan kaum yang senang terus menerus mengharu biru dirundung kesedihan. Ketidaknyamanan apa pun yang hari ini kita rasakan justru bagian dari perjuangan kita untuk menjadi umat terbaik kebanggaan Allah dan Rasul-Nya.

Ada sejumlah fenomena baru yang patut kita syukuri di Ramadan tahun ini. Pertama, ketika masjid sepi karena larangan berkumpul lebih dari lima orang, justru kesemarakan dikembalikan ke rumah masing-masing. Suasana Ramadan harus maksimal di rumah. 

Bukankah sebagian besar seluruh anggota keluarga sudah berkumpul? Yang kuliah dan kost di kota lain sudah pulang. Yang mondok di pesantren sudah pulang. Yang sehari-harinya ngantor sudah work from home. Yang sekolah pun demikian. 

Ramadan tahun ini, nampaknya tidak ada lagi hati-hati yang terperangkap dan terjebak kerinduan. Semua yang dikasihi dan dicintai sudah pulang, sudah bisa dipeluk dalam kehangatan cinta. Jadi, inilah saat ideal untuk kembali kumpul sebagai sebuah keluarga. 

Kalau dulu sempat marak keprihatinan akan keluarga yang merindukan ayahnya, sekarang sebagian besar ayah sudah ada di rumah. Ia sudah hadir membersamai seluruh kegiatan dan suasana rumah. Kalau dulu orang bersembunyi dan menyiasati quality time untuk bertemu dengan buah hatinya, sekarang sepanjang hari sudah bersama mereka. Bukankah ini sebuah keberkahan yang tidak pernah terprediksikan sebelumnya?

Kedua, inilah saatnya pemaksimalan peran. Seberapa efektif kepemimpinan seorang ayah di rumah? Seberapa sejuk kedamaian dan kehangatan yang mampu dihidupkan oleh seorang ibu di rumah? Seberapa mengerti seorang anak akan perannya di rumah? Semua dikembalikan hak dan ruangnya. Semua diberikan panggung dan ruang ekspresi yang sesungguhnya, yang mungkin selama ini terlupakan dan dilupakan. 

Rumah. Semua bermula dan bermuara. Kita diberikan ruang untuk menemukan kembali makna rumah dan keluarga. Kita mengeja kembali ikatan cinta nan suci ketika memulai semuanya dulu. Bukankah ini sebuah romantisme Ramadan tahun ini yang patut kita syukuri? Bukankah sebanyak Ramadan yang pernah kita lewati belum pernah kita temukan kehangatan seperti ini? Masya Allah.

Ketiga, di Ramadan inilah kita memupuk kerinduan. Bukan kepada yang jauh, justru kepada yang dekat: tetangga dan suasana kebersamaan. Bukan kepada yang rumit dan abstrak, tetapi kepada yang telah menjadi kebutuhan dan kebiasaan kita: tarawih dan sholat berjamaah di masjid, berbuka puasa bersama setiap hari, dan nanti i'tikaf di sepuluh hari terakhir. 

Kita tidak berjarak, tetapi berbatas. Kita punya semua alasan untuk kembali menikmati seluruh kehangatan itu kelak. Kini, luka harus tersembuhkan justru dengan kerinduan yang belum menemukan muaranya. Biarlah kini dzikir dan munajad meruang dalam segala kemungkinan. Semoga rasa ingin bertemu ini menjadi energi yang menghidupi setiap penghujung malam kita. Kalau pun saatnya tiba, kita masih berkesempatan menitipkan cinta yang tak berubah ini pada semesta: utuh!

Ruang Ekspresi

Ramadan datang dengan segala tawaran kebaikan. Kerinduan bertemu Ramadan adalah ekspresi seorang hamba akan kemurahan rahmat dan ampunan dari Rabbnya. Oleh karena itu, kehadiran Ramadan selalu istimewa. Wajar saja bila dinanti. Wajar saja bila dirindu. Kini, di tengah Covid-19, suasana pertemuan dengan Ramadan terasa berbeda. Oleh karena itu, bekal pemahamannya pun harus lebih berkelas dan mengena. Akhirnya, wajah dan ekspresi kerinduan itu pun menjadi lebih berwarna dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun