Lihat ke Halaman Asli

Fadli Firas

Sang Penjelajah

Bas Kundo, Transportasi Sepuh yang Masih Gesit di Pulau Kundur

Diperbarui: 12 April 2016   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bas Kundo melintas di pusat kota Tanjungbatu"][/caption]Pulau Kundur mempunyai transportasi umum sepuh nan antik yang masih beroperasi hingga saat ini. Masyarakat setempat menyebutnya dengan Bas Kundo. Sebutan Bas diambil dari Bahasa Melayu Malaysia yang merupakan serapan dari kata Bus. Sedangkan Kundo berasal dari kata Kundur dalam aksen Bahasa Melayu. Pulau ini memang berjiran dekat dengan negara Dato’ Siti Nurhaliza itu.

[caption caption="Tanjungbatu, Ibu Kota Pulau Kundur yang terletak di tepi laut"]

[/caption]

[caption caption="Berpose dengan Bas Kundo yang jadul"]

[/caption]Transportasi ini berpenampakan sebagaimana bis pada umumnya, hanya saja bodinya didominasi oleh bahan kayu. Pada bagian depan wajahnya terkesan pesek. Tempat duduk penumpang memanjang pada sisi kiri dan kanan, saling berhadapan. Kapasitas penumpang mampu memuat hingga 30 orang. Jendelanya senantiasa terbuka. Model jendela digeser turun-naik seperti pada jendela kereta api. Pintu penumpang berada dibuntut, bagian belakang.

[caption caption="Bas Kundo melintas di jalanan pusat kota"]

[/caption]Bas Kundo populer digunakan sebagai transportasi umum pada era 60-an hingga 90-an. Memasuki era milenium, keberadaan bas perlahan tergerus oleh transportasi umum model baru berjenis carry yang disebut oplet. Meski begitu, kapasitas bas yang mampu memuat banyak penumpang tetap menjadi pilihan bagi wisatawan yang hendak berlibur secara rombongan. Terutama bagi sekolah-sekolah yang memiliki banyak pelajar.

[caption caption="Bas Kundo membawa wisatawan ke pantai"]

[/caption]Menurut salah seorang pemilik bas, Kintan, sejarah keberadaan bas untuk menjawab kebutuhan masyarakat pada masa itu yang masih mengandalkan kaki untuk bepergian ke suatu tempat. Padahal jarak yang ditempuh sangat jauh. Pada era 1960-an aktivitas berjalan kaki memang sudah menjadi kebiasaan. Bahkan ada yang sanggup menempuh perjalanan dari Tanjungbatu ke Tanjungberlian (Urung) yang berjarak 20 Km tanpa kendaraan alias berjalan kaki.

[caption caption="Bas Kundo di Tanjungbatu"]

[/caption]

[caption caption="Bas Kundo melintasi perkotaan kecil "]

[/caption]Tercetuslah ide dari salah seorang pengusaha Tionghoa untuk menyediakan trasnportasi yang mampu memudahkan mobilitas bagi masyarakat. Kendaraan sepuh ini bentuk awalnya adalah terbuka seperti truk. Kemudian oleh seorang ahli otomotif di pulau tersebut dirancang hingga bentuknya seperti yang terlihat sekarang ini.

[caption caption="Bas Kundo yang bisa dimanfaatkan untuk pariwisata sebagaimana Bandros di Kota Bandung"]

[/caption]Kendaraan tua ini sedikit mirip dengan angkutan umum yang ada di Thailand atau Filipina. Hanya saja, di kedua negara itu transportasi sepuh semacam ini justru dijadikan sebagai daya tarik pariwisata. Bahkan ada yang dipoles dengan warna-warna lucu seperti pink. Sehingga menjadi ciri khas tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya. Semoga Bas Kundo bisa tetap dipertahankan keberadaannya dan menjadi nilai pariwisata bagi daerah Provinsi Kepri khususnya Pulau Kundur.

[caption caption="Bas Kundo yang disulap menjadi kendaraan wisata"]

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline