Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

Pencari Makna

Terluka

Diperbarui: 2 Februari 2023   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Berhentilah atau aku akan meninggalkan persahabatan ini. Terserah apapun itu. Aku hanya ingin otakku tidak diganggu dengan saling menyakiti. Bisakah dirimu berhenti dan berkomunikasi denganku, menanyakan dengan baik dan bercerita yang baik-baik saja? 

Di sebuah ruang tamu. Seorang pria dan dua wanita cantik duduk berhadap-hadapan. 

 "Aku gak enak berlama-lama. Mengganggu waktumu bersama dia. Aku pamit ya." kata Agnes sambil hendak pergi.
"Ya, kalo itu maumu...silahkan!" jawab pria itu dengan sopan.
"Oke, mat malam kamisan, pak ... moga selalu happy dengan dia." ucap Agnes.

Sinta merasa tidak enak hati mendengarkan pembicaraan itu. Ada rasa jengkel. Lalu diam-diam Sinta pergi. Meninggalkan pria kesayangannya dan Agnes di ruang tamu itu

"Aku mau nanya.... kapan lukamu sembuh?" tanya pria itu lagi.
"Entahlah. Lukaku terlalu dalam. teramat sakit.  tapi, aku perlahan bangkit dan menerima." ungkap Agnes.
"Hanya sedikit saja baikmu padaku. Setelah itu, rasa baikmu hilang. Muncul pula lukamu. Aku jadi bingung." ucap pria itu lagi.

Ruangan itu kembali sepi. Hanya ada tarikan nafas panjang bergantian.
Suara Agnes kembali memecah kesunyian.

" Iya, aku ... sadar banget, karena dia begitu sempurna di matamu.  Padahal, aku membencinya sampai mati." kata Agnes.

Ada air mata yang menetes.  Pria itu hanya bisa menatap pada wajah Agnes.

"Apa yang dirimu mau dariku? Kalau saja dirimu seperti ini terus, aku juga mausia biasa yang punya batas kesabaran. Paham ya?" ucap pria itu lagi
"Sudah aku duga. Kau sakit, jika aku menghina dia. Dan itulah kau tega sakiti aku. Yah, sudahlah" jawab Agnes.
"Nah ini salah lagi presepsimu." ucap pria itu
"Lalu?"
"Kalo engko tidak suka padanya, lantas kenapa diberikan kepadaku sakitmu? Adilkah dirimu? Bila engkau terus membuat pikiranmu tidak adil padaku, maka aku tidak bisa berlama-lama dengan orang yang selalu menabur benci padaku" pria itu menjelaskan.

Ruangan kembali sepi. Kain gorden jendela bergoyang dihembus angin sepoi. Ruangan tamu itu ingin sekali menyudahi pembicaraan pria itu dan Agnes.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline