Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

Pencari Makna

Merayakan Diam

Diperbarui: 4 Desember 2022   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Lebih baik tidak bertindak dan tak bersuara daripada terjebak dalam asumsi. Lalu kita lari dari kenyataan yang sebenarnya. Kita hanya bermain logika.

Kuajak dirimu menikmati bagaimana hati merasakan setiap tawa, canda dan setiap bisikkan yang mengusik. Kemudian bertanya pada hati: "Apakah ada kefasikan di setiap kata dan tindakan?".

Setiap rasa bisa saja menimbulkan luka yang menganga dan dalam kalau saja tidak diberi perhatian. Membawa kecewa dan pilu di hati. 

Rasa: bisa menjadi bisa yang meracuni diri. Kebahagiaan pergi dan meninggalkan gerogi pada diri. 

Bila lidah mendesak bibir untuk berucap sebaiknya ditahan. Biar bisikpun tak bisa terucap.

Setiap detik terdengar kabar. Kabar itu sebaiknya tak disebar sebab kabar itu belum tentu benar. Hanya membuat hingar bingar

Demikian cara merayakan diam. Hanya memberi perhatian pada rasa. Menahan lidah tak bisa mendesak bibir berbisik. Atau menahan kabar tak disebarkan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline