KPS Botto Palakka merupakan salah satu kelompok PS (Perhutanan Sosial) yang terdapat di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. KPS ini memiliki 3 (tiga) KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) salah satunya adalah KUPS Aren. KUPS adalah bentuk kelompok usaha yang dibentuk oleh pemegang izin atau hak perhutanan sosial yang akan atau telah melakukan kegiatan usaha di dalam hutan. KUPS bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan hutan dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.
Tanaman aren (Arenga pinnata) pada masyarakat anggota KPS yang bersuku Bugis biasa disebut pohon jali', enau, kanau. Aren memiliki morfologi khas sebagai pohon palma dengan batang yang tidak bercabang, ditutupi ijuk yang kuat, dan daun majemuk bertulang menyirip seperti kipas. Daunnya panjang, mencapai 5 meter, dengan tangkai daun sekitar 1,5 meter. Aren juga memiliki buah, nira (air aren), dan pati/tepung di dalam batang, yang semuanya dimanfaatkan oleh manusia.
Tanaman aren tumbuh dengan baik pada lokasi HKm Botto Palakka walaupun tidak banyak 30 pohon yang tersebar pada lahan sekitar 2 Ha dengan petani aren sebagai pembuat gula merah sebanyak 4 orang.
Nira yang baru disadap dijadikan sebagai minuman kesehatan dan sisanya dimasak untuk dibuat gula merah batok dan gula semut.
Pembuatan gula aren ini ada yang dilaksanakan di dekat lokasi tanaman aren ada juga petani yang membawa pulang niranya ke rumah dan disana baru dimasak menjadi gula aren dan gula semut.
Pohon aren dapat tumbuh hingga setinggi 15-20 meter dengan diameter 65 cm. Batang aren yang telah tua ditebang dan diambil umbulnya untuk dijadikan tepung yang nantinya akan diolah menjadi bahan campuran makanan
Batang malai nira dijadikan bahan masakan tradisional pada acara pesta panen, perkawinan, dll yang biasa disebut sayur pokko jali' (jali'=aren). Buahnya dibuat Kolang-kaling sebagai bahan makanan, terutama dalam es campur.
Daun aren majemuk, bertulang menyirip, dan berbentuk seperti kipas. Daunnya panjang mencapai 5 meter dengan tangkai daun sekitar 1,5 meter. Tulang daun aren dibuat sapu lidi. Duan sisanya dijadikan bahan bakar untuk memasak di rumah. Ijuknya dibuat sapu ijuk dan melapisi atap rumah produksi gula aren serta tali pengikat yang kuat.
Disekitar tanaman Aren, masyarakat juga menanam pohon kelapa dan sayur-sayuran sebagai bahan makanan saat membuat gula merah. Gula yang baru selesai dimasak sebelum dicetak dicampurkan dengan kelapa muda yang sudah diserut menggunakan alat kulit kelapa yang keras dan selanjutnya digunakan sebagai sendok saat makan. Rasanya sangat sedap perpaduan manisnya gula merah dengan gurihnya kelapa muda. Memberikan rasa kenyang, segar dan kuat bagi petani. Setelah makan, minum air kelapa segar. Mereka menyebutnya golla tappo.
Gula merah yang dihasilkan sebagian dikonsumsi untuk keperluan pribadi sisanya dibeli oleh tetangga atau pedagang yang datang langsung ke rumah petani. Hasil penjualan cukup untuk membantu perekonomian masyarakat disamping pekerjaan lain sebagai pencari madu, petani, peternak serta berkebun.
Selain mendapatkan hasil dari segi ekonomi, masyarakat juga telah turut menjaga lingkungannya. Aren dikenal adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan, termasuk tanah marginal, sehingga ideal sebagai tanaman untuk rehabilitasi lahan kritis. Tanaman aren yang memiliki akar yang kuat dan membantu mencegah erosi tanah, pengendalian air dimana aren berperan sebagai penyerap air tanah yang efektif. Pohon aren juga menyediakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan serangga yang hidup pada pohon maupun disekitarnya.
Pemanfaatan aren sebagai sumber pangan dapat membantu diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas utama.
Menteri Kehutanan RI Bapak Raja Juli Antoni, Ph.D menyebut pohon aren sebagai tanaman ajaib yang berpotensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan energi nasional. Hal ini ia sampaikan saat meninjau Kebun Aren di Dusun Cisarua, Garut, beberapa waktu lalu. Presiden Prabowo telah memberi arahan untuk menanam 300 ribu hektare aren pada tahun ini. "Kalau kita bisa menanam sampai 1,2 juta hektar, kita bisa swasembada energi," ujar dia menambahkan.
Menhut hadir bersama Penasehat Utama Menteri sekaligus ahli konservasi dan mikrobiologi, Willie Smits, serta dua direktur jenderal, yaitu Dirjen PDASRH Dyah Murtiningsih dan Dirjen KSDAE Satyawan Pudyatmoko.
Willie Smits, yang juga turut memberikan penjelasan di lapangan, menyampaikan bahwa pohon aren memiliki keunggulan yang tidak ada pada pohon lain.
"Kenapa aren spesial dan membuat Pak Prabowo begitu tertarik? Karena satu pohon bisa menghasilkan nilai ekonomi hingga dua juta rupiah hanya dari ijuknya," katanya.
Ia juga menyebut kolang-kaling dari pohon aren sebagai komoditas yang mampu menjamin ketahanan pangan masyarakat. "Kalau terjadi musim paceklik, pohon aren tetap bisa bertahan. Akar pohon ini bisa menyerap air dari jauh di dalam tanah, jadi tidak pernah kering," ujar Smits. "Ketahanan pangan dan energi bisa berasal dari aren. Bahkan bahan kosmetik juga bisa berasal dari pohon ini. Jadi, sangat baik untuk pengembangan," tegasnya.
Raja Antoni juga menyampaikan bahwa aren memiliki potensi besar untuk menghasilkan bioetanol yang ramah lingkungan.
"Kalau penanaman baik, satu hektare aren bisa menghasilkan 24 ribu liter bioetanol. Kita punya banyak lahan dan petani yang bisa mengelola ini," jelasnya.
Berdasarkan penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), produktivitas bioetanol dari aren dapat mencapai 20.000 liter per hektare per tahun, menjadikannya jauh lebih efisien dibandingkan bahan baku bioetanol lain seperti jagung atau singkong. Bioetanol dari aren memiliki emisi karbon jauh lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil, menjadikannya alternatif ramah lingkungan.
Selain itu, pemanfaatan aren untuk bioenergi dapat mendorong diversifikasi energi di Indonesia, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mendukung target energi terbarukan sebesar 23 persen total konsumsi energi nasional pada 2025.
Produk olahan aren perlu ditingkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan aren sebagai sumber pangan dapat membantu diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas utama. Aren dapat menjadi tumpuan mata pencaharian bagi masyarakat, terutama di daerah yang memiliki potensi aren yang besar.
Semoga Pemerintah bersama dengan pihak swasta dan yang terkait dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal dalam pemanfaatan pengelolaan aren sehingga potensi besar di bidang pangan, energi, dan lingkungan dapat tercapai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI