Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Sang Pengubah dan Nyaris Menyerempet Simbolisme Ketidaksadaran

Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : detik.com, 10/07/2021

Sekitar dua wujud sang pengubah, yaitu pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan media sosial. 

Pemerintah melalui regulasi sebagai basis kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat dengan segala tahapan perubahannya. 

Media sosial sebagai ruang baru atau ruang siber menggambarkan peristiwa mengenai jumlah pasien, sembuh,  meninggal, wilayah sebaran hingga dampak-dampak pandemi dan kebijakan.

Sekiranya pembuat kebijakan menutup kuping dan matanya, bisa saja kartu vaksin berlaku untuk jamaah di rumah ibadah.

Tidak khayal lagi, orang akan berharap-harap cemas. Mengapa demikian? 

Masyarakat tidak ingin lagi dibebani oleh sebuah mekanisme pengaturan secara individual yang ketat.

Suatu pengaturan yang ketat dengan titik permukaan tubuh yang ditandai. 

Pokoknya, mulut, hidung, tangan, dari ujung rambut hingga ujung kaki harus bebas dari penularan virus.

Ditambah lagi, ada rasa cemas bercampur-aduk dengan harapan menyertai kebijakan berupa pengaturan ketat dan pelonggaran bagi rumah ibadah.

Kita bisa bayangkan, ketika kebijakan pembatasan ruang pergerakan beribadah dibuat secara gegabah, maka akan melahirkan efek pemerosotan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Rumah Ibadah sebagai Simbolisme Ketidaksadaran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline