Lihat ke Halaman Asli

Erick kusnomo

Mengubah sudut pandang menjadi lebih mudah

Demokratisasi Subyektivitas

Diperbarui: 29 Maret 2024   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bulan februari tepat nya tgl 14 kemarin, kita telah melaksanakan hajat kolektif di alam demokrasi, Indonesia tercinta.

Ada beberapa yg menjadi catatan tersendiri dalam pemilu kemarin, walaupun memang di ajang politik 5 tahunan itu memang selalu meninggalkan catatan kusus bagi masyarakat Indonesia dari masa ke masa .

Terbaru pemilu 2024 , memang tidak jauh berbeda dengan pemilu sebelumnya kita di suguhi 5 kertas suara yg berbeda tentunya juga berbeda calon dan posisi nya mereka yg di kemas ke kertas besar (lupa ukuran nya berapa) lalu di suguhkan ke kita untuk di pilih yang nanti nya di hitung lalu di konversi jumlah suara yg di dapat , dan di tentukan siapa pemenangnya dari hasil suara terbanyak.

Nampak terlihat begitu normal dan sangat demokratis.

Tapi kita harus melihat proses nya untuk sampai ke tahap pemungutan dan penghitungan suara , di situ ada 6 bulan tempo bulan dari masa pendaftaran sampai hari H.

Di tahapan ini semua terlihat begitu tidak demokratis, dan lebih subyektif

Ada beberapa calon mulai dari legislatif sampai pasangan capres dan cawapres

Kenapa?

Pemodal berlomba lomba merapatkan barisan nya ke parpol, demi kepentingan pribadi

Loh bukan sprti itu , ..

"Kami ingin memperjuangkan kepentingan masyarakat luas , terkhusus masyarakat di wilayah dapil kami" , jawab salah satu caleg

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline