Di kampus, kini ada grup WA khusus orang tua dan ada pertemuan orang tua yang diadakan kampus. Apakah indikasi anak kuliah masih kurang mandiri?
Beberapa waktu lalu, teman di grup yang anaknya masuk sebuah kampus negeri bercerita tentang adanya WhatsApp Group (WAG) juga di perkuliahan anaknya. WAG tersebut isinya para orang tua dan pihak kampus. " Ternyata anak kuliah juga masih ada WAG orang tua," ujarnya sedikit heran.
Fenomena keterlibatan orang tua di kampus memang semakin marak.Beberapa hari lalu teman yang lain juga menceritakan adanya pertemuan orang tua dengan pihak kampus. Cuma karena teman ini jauh, ini hanya mengikuti rapat secara online, sedangkan yang dekat atau masih terjangkau dari kampus, bisa mengikuti pertemuan secara offline. Pertemuan ini membahas seputar program kampus, khususnya di jurusan sang anak tersebut.
Keterlibatan orang tua di kampus bisa dikatakan hal baru. Mahasiswa 90an sampai 2000an, seperti saya, sangat merasakan, dulu sama sekali tak ada interaksi orang tua di kampus.
Keberhasilan studi seorang mahasiswa sangat tergantung pada diri sendiri dan mungkin lingkungan pertemanannya. Orang tua hanya support soal biaya kuliah dan motivasi ke anak tapi tak tahumenahu soal kampus. Apalagi bila anak-anak tak bercerita.
Memang saat ini WAG hal yang wajar. Memiliki tiga anak misalnya, paling tidak punya enam (6) WAG.Yang pertama, WAG orang tua dengan guru/wali kelas.
Biasanya seluruh orang tua terlibat di grup ini. Tapi ada grup lainnya dalam satu kelas. Grup ini isinya hanya orang tua murid tanpa ada ibu/bapak gurunya.
Enam grup tersebut biasanya tak cukup.Akan ada lagi grup ekskul, grup les anak, grup mengaji atau grup lainnya. Wah bisa dibayangkan kan banyaknya grup. Apalagi bila anaknya banyak.
Ada Positif Negatifnya
Balik lagi ke grup orang tua dan kampus tadi. Untungnya di kampus anak saya, grup seperti ini belum ada. Pertemuan dengan orang tua juga tidak ada. Kalaupun ada pengumuman resmi kampus biasanya ke anak saja dan akan diteruskan anak ke kami sebagai orang tua.