Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Begini Cara Saya Menghindari "Overthinking"

Diperbarui: 21 Maret 2021   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (dok.javan cipta solusi)

"Overthinking" atau berlebihan dalam berpikir bisa melanda siapa saja, baik tua maupun muda. Apalagi dalam masa pandemi seperti sekarang, saat orang dipaksa mengurangi banyak kegiatan di luar rumah.

Tak bisa dipungkiri, kondisi perekonomian yang semakin memburuk menjadi salah satu faktor timbulnya "over thinking". Kita sering dilanda pikiran yang mengerikan, apakah besok kita bisa makan? Atau bagaimana dengan membayar tagihan ini itu? Sedangkan pekerjaan tidak menentu.

Permasalahan yang dihadapi setiap orang mungkin berbeda-beda, sehingga pikiran pun berbeda pula. Tetapi pengalaman hidup memberi pengaruh yang cukup kuat kepada seseorang dalam mengatasi pikiran yang berlebihan, terutama pikiran yang negatif.

Saya telah melewati hal-hal semacam ini. Kecemasan terhadap masa yang akan datang, adalah embusan dari setan supaya kita meragukan kasih sayang Allah. Begitulah pelajaran yang saya ingat dari agama Islam.

Berdasarkan pengalaman, ini cara saya menghindari pikiran yang berlebihan:

1. Banyak beribadah. Kalau banyak masalah, jangan dibiasakan mencurahkan pada manusia, apalagi media sosial. Pendapat begitu banyak orang hanya menambah kekacauan pikiran. Kita kembali kepada Allah.

Karena itu lebih baik memperbanyak ibadah. Kalau orang lain hanya salat wajib, kita melengkapi dengan berbagai sholat sunah. Utamanya adalah salah Duha dan Tahajud yang khusus memohon pertolongan Allah.

Biasakan pula membaca salawat nabi, menderas Alquran dan zikir. Melakukannya bukan hanya sekali-sekali, tetapi rutin setiap selesai salat atau malam hari sebelum tidur.

2. Membaca ilmu pengetahuan. Tidak ada batasan usia dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Justru ini adalah ajaran yang sangat penting dalam agama Islam, yaitu Iqra, kita harus banyak membaca. Tentu saja dengan banyak membaca buku yang sarat ilmu pengetahuan.

Membaca memperluas wawasan, apalagi untuk penulis, merupakan nutrisi bagi karya yang dihasilkan. Bacaan tidak harus berupa karya ilmiah, bisa juga dalam bentuk novel. Banyak kok novel yang mengandung sejarah, filsafat, bahkan pengetahuan tentang geografi.

Selain itu saya senang membaca berita dari berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu saya berlangganan media online luar negeri, juga berinteraksi dengan teman-teman dari seluruh dunia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline