Tahun ajaran baru melahirkan generasi dan semangat baru, seperti pada program studi Musik di Universitas Pendidikan Indonesia yang walaupun masih merupakan program studi baru, namun tetap bisa eksis seperti program studi lain dengan caranya sendiri. Mahasiswa baru angkatan 23 menjalani kurang lebih enam bulan untuk masa bimbingan mahasiswa atau akrab disingkat MABIM, termasuk persiapan pagelaran di dalamnya. MABIM sendiri diisi dengan pengenalan materi perkuliahan Musik seperti teori musik dasar dan solfeggio. Selain itu mahasiswa baru prodi Musik angkatan 23 juga dibimbing dalam kepemimpinan, keorganisasian serta kepanitiaan yang akan menjadi dasar dalam melaksanakan suatu pagelaran dan kegiatan perkuliahan lainnya yang memerlukan koordinasi tim.
Setelah melewati serangkaian proses, yakni di antaranya mempelajari susunan kepanitiaan serta memahami job description masing-masing, pembentukan konsep, akhirnya mahasiswa baru prodi Musik angkatan 23 mewujudkan pagelaran pada tanggal 28 November 2023 di gedung Amphitheater Universitas Pendidikan Indonesia dengan tajuk pagelaran "Hudang ku Gondang". Tajuk ini diambil dari konsep pagelaran itu sendiri, yaitu mengangkat kesenian Gondang asal Cisarua dengan tujuan mengenalkan kembali kesenian Gondang yang mulai jarang diketahui anak muda sehingga dapat "hudang" atau bangun akan eksistensi Gondang. Sejalan dengan jargon pagelarannya, "Budaya Hudang ku Wirahma" yang artinya budaya bangun oleh irama. Irama di sini merujuk kepada ketukan yang diciptakan oleh lesung dan alu yang digunakan untuk menumbuk padi, yang mana dahulu gondang merupakan pesta panen petani tradisional Jawa Barat yang menggunakan alat lesung dan alu untuk menghaluskan padi.
Pagelaran Hudang ku Gondang berlangsung meriah disesaki apresiator di gedung Amphitheater Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki kurang lebih 300 kapasitas penonton. Terbukti dengan banyaknya kebutuhan kursi tambahan selama open gate berlangsung pukul 18.00 sampai 19.00 WIB. Apresiator pagelaran ini terdiri dari mahasiswa UPI, penggiat seni, dan beberapa masyarakat umum. Agar tujuan dari pagelaran Hudang ku Gondang terlaksana, sebelum memasuki venue, apresiator diperkenankan untuk membaca mading yang disediakan di gate, selain itu panitia juga menyediakan booklet edukasi online yang dapat di-scan barcode di meja registrasi. Sehingga selama menunggu open gate apresiator dapat terlebih dahulu memahami konsep pagelaran Hudang ku Gondang sebelum menonton pertunjukannya.
Acara berlangsung khidmat dibuka dengan sambutan ketua pagelaran, Fawwaz Andrian dengan laporan pertanggungjawaban acara. Sambutan kedua datang dari ketua himpunan mahasiswa program studi Musik, Muhammad Reza Agisni dengan apresiasi kepada para mahasiswa baru prodi Musik angkatan 23 yang telah berhasil menyelesaikan rangkaian MABIM dan dan menyelenggarakan pagelaran. Terakhir, sambutan disampaikan oleh kepala program studi Musik, Dr. H. Nanang Supriatna, S.Sen., M.Pd, dibuka dengan sedikit pemahaman mengenai macam-macam Gondang serta apresiasi karena telah mengangkat kesenian tradisional Gondang.
Sebelum acara inti dimulai, diadakan doorprize sesi kesatu dengan dua penerima. Acara berlanjut ke penayangan kilas balik proses mahasiswa baru prodi Musik angkatan 23 dalam melaksanakan MABIM dan proses persiapan pagelaran yang berhasil membuat haru para mahasiswa baru prodi Musik 23 pecah. Meskipun demikian, panitia pelaksana masih tetap profesional dalam bertugas. Lalu, untuk mengedukasi apresiator lebih dalam lagi, ditayangkan video interview pelaku tradisi Gondang Cisarua, Danu, yang telah melestarikan kesenian Gondang dari generasi-generasi sebelumnya. Dalam wawancara tersebut, Danu menjelaskan kesenian Gondang yang berasal dari tradisi menumbuk padi di lesung oleh alu. Dijelaskan pula bagaimana kesenian Gondang bermula dan berkembang khususnya di Kampung Paratag Kulon, Cisarua, yaitu turun temurun dari buyut Danu hingga anaknya pada generasi ini, sementara tahun bermulanya diperkirakan sekitar tahun 40-an. Dalam wawancara, narasumber juga menjelaskan kesulitan menjadi pelaku kesenian tradisional di era ini, antara lain kurangnya dukungan pihak luar seperti pemerintah. Di akhir video wawancara, narasumber mengungkapkan kebahagiaannya untuk antusiasme mahasiswa baru prodi Musik angkatan 23 yang telah mengangkat kesenian Gondang Cisarua, beliau juga mengucapkan terimakasih dan berpesan kepada generasi muda untuk tidak malu melestarikan kesenian tradisional.
Acara inti, yakni pertunjukkan Gondang Cisarua akhirnya dibuka dengan Rajah. Yakni ritual memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esa, disambung dengan Sunda Mekar yang masing-masing musiknya merupakan garapan Aji Nalendra PS. Lalu pertunjukkan mulai menyuguhkan jalan cerita Gondang, yaitu para gadis desa yang menumbuk padi (ngagondang) dan para laki-laki tertarik pada mereka. Secara garis besar menggambarkan kehidupan remaja Sunda pada zaman dahulu. Pada bagian ini, para aktor berlakon dan menari sambil bernyanyi secara langsung. Musik gondang pada bagian ini digarap oleh Wibawa Arif Gunawan, Fiqri Hidayatusyafar, dan Wilky Leonady. Acara inti kurang lebih berlangsung sekitar 30 menit tanpa jeda. Sesi acara inti ini dirampungkan dengan sorakan dan gemuruh tepuk tangan di Amphitheater UPI. Pagelaran Hudang ku Gondang lalu ditutup dengan doorprize dengan dua pemenang.
Dengan pagelaran Hudang ku Gondang, para mahasiswa baru prodi Musik Universitas Pendidikan Indonesia berharap untuk kedepannya mereka mampu mengorganisir acara-acara yang akan datang secara profesional selaku mahasiswa Musik. Selain itu juga, dengan digelarnya pagelaran berbau tradisional, harapannya seluruh generasi muda tidak melupakan kesenian warisan leluhur begitu saja. Karena kesenian tradisional merupakan salah satu bagian dari identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI