Lihat ke Halaman Asli

Gombalita in Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya bangga karena negara saya, Indonesia disebut sebagai negara yang gemah ripah lohjinawi. Negara yang memiliki kekayaan alam melimpah ruah tanpa ada habisnya hingga tujuh keturunan, Katanya..

Kayu ditanam bisa jadi makanan mulai dari akar sampai daunnya. Ditambah susul menyusul ditemukan berbagai sumber tambang minyak, logam dan potensi lainnya diberbagai daerah. Tetapi mana ada negara yang dikerubuti para pelayar­-pedagang dari seluruh dunia dimasa lalu, karena terkenal produksi berasnya yang melimpah, tetapi kini malah menjadi pengimport beras? Mana ada negara yang sumber minyaknya berjumlah ratusan, tetapi malah mengimport minyak?

Mana ada sebuah negara yang kekayaan wisatanya tiap jengkal berjumlah ratusan macam, tetapi tidak mampu mendatangkan turis, sedangkan tetangganya hanya negeri pulau kecil tetapi mampu mendatangkan turis dan segala macam sehingga negara kecil itu GNP-nya 50 kali lipat GNP negara ini. Bangsa ini justru menghancurkan tanah airnya, memperkosanya habis-iabisan, mengkhianatinya terang-terangan.

Kondisi kehidupan masyarakat sekarang belum bisa berubah, walaupun hidup dinegeri yang mewah? Adakah manusia yang salah dalam mengaturnya? Atau kita tidak mempunyai hak untuk mendapatkan sedikit saja kemewahan itu? Lantas untuk siapakah kemewahannegri ini disediakan?

Saya hanya berpendapat, bangsa ini bisa tetap berdiri denganpimpinan yang jujur, berani, banyak akal, kreatif dan mempunyaisense of tuning dengan visi futuristik. Kalau tidak, kita hanyaakan menjadi negara otot yang dikendalikan negara-negara otak.Bung Karno pernah berkata" Hai, pemuda-pemuda, dengan1.000 orang tua aku dapat pindahkan gunung Semeru, tetapidengan 100 orang pemuda, aku dapat mengguncangkan dunia."

Bangsa ini secara perlahan meninggalkan jati dirinya, kehilangan kepercayaan dirinya, kehilangan figur seorang pemimpin. Hal ini ditandai dengan munculnya tokoh dengan kearifan lokal seperti Mbah Marijan, fenomena kesurupan masal, lemah mental dengan banyaknya tindakan bunuh diri, lebih percaya pada hal-hal mistis seperti pengobatan ala Ponari.

Kita harus jujur bahwa cita-cita ”founding father” negeri ini belum terwujud. Kita masih tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga yang gerakan kebangsaannya muncul belakangan. Indonesia mengalami jatuh bangun, dan sekarang ini mengalami keterpurukan dibanyak sisi. Banyak persoalan mendasar yang dihadapi bangsa ini saat ini dan yang akan datang.

Dengan demikian, bangsa ini harus bekerja keras dan terus mencari dan menemukanidentitasnya sebagai sebuah bangsa (state identity). Kebimbangan untuk mengidentifikasikan diri sebagai bangsayang jago dibidang agraris, bahari, atau teknologi masih sajamenjadi perdebatan. Mau dibilang bangsa agraris tapipertaniannya, perkebunannya, maupun perhutanannya tidak jugamenunjukkan kemajuan. Dikatakan sebagai bangsa bahari, tetapinelayan kita miskin dan terpinggirkan. Disebut sebagai bangsamodern, tetapi tidak punya keahlian khusus dibidang ilmupengetahuan dan teknologi.

Jangan lagi nestapa negeri ditambah dengan salingmenyalahkan dan menjatuhkan, mencari kambing hitam. Musuh-­musuh kita ada di dalam diri kita sendiri. Nasib bangsa kita berada di tangan kita sendiri, jangan berharap pertolongan dariluar.Majulah bangsaku, jayalah Indonesiaku, sejahteralah rakyatku. (Susilo, 2006)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline