Lihat ke Halaman Asli

FPI Picu Rahayu Kontra Fadli Zon, Prabowo Tersandera

Diperbarui: 3 Januari 2021   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

PEMBUBARAN Front Pembela Islam (FPI) oleh pemerintah pada penghujung tahun 2020 tidak hanya menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat, tetapi merambah ke internal partai politik. Yakni, Partai Gerindra. 

Sejatinya perbedaan pandangan tentang pembubaran Ormas Islam ini tak perlu terjadi, mengingat partai yang dipimpin Prabowo Subianto tersebut telah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Jokowi. Mereka mestinya satu suara mendukung putusan pihak penguasa dimaksud. 

Adalah Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Rahayu Saraswati yang mendukung penuh pelarangan FPI melakukan segala aktivitasnya terhitung sejak waktu pembubaran, Rabu (30/12/20). Menurutnya hal itu demi terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa hingga tercipta kebangkitan. 

"Kami berharap 2021 sebagai tahun kebangkitan setelah kita melewati tahun 2020 yang sampai saat ini masih belum lepas dari pandemi COVID-19. Mari kita wujudkan 2021 sebagai tahun penyembuhan melalui program vaksinasi dari pemerintah," kata Rahayu Saraswati, Sabtu (2/01). Dikutip dari Okezone.com

Tak berselang lama, pernyataan keponakan Prabowo Subianto tersebut dibantah keras oleh sesama politisi Partai Gerindra, Fadli Zon. Mantan Wakil Ketua DPR RI ini menegaskan, partainya tidak mengeluarkan keputusan yang mendukung pembubaran organisasi tanpa proses hukum di pengadilan. Hal itu diungkapkan Fadli Zon melalui akun Twitter-nya @fadlizon. 

"Tidak ada keputusan @gerindra mendukung pembubaran organisasi tanpa proses pengadilan. Sbg Negara hukum tetap harus menjunjung tinggi konstitusi n UU," cuitnya, Sabtu (2/1/). Dikutip dari Wartaekonomi.co.id

Perbedaan pendapat adalah hal biasa terjadi di sebuah organisasi, terutama partai politik. Namun, dalam kasus ini tanpa disadari. Rahayu dan Fadli Zon, keduanya telah menelanjangi sikap partainya sendiri. 

Perbedaan pandangan yang dilontarkan kedua politisi tersebut semakin mudah ditangkap oleh publik sebagai sikap mancla-mencle Partai Gerindra. Meski, mungkin keduanya sama-sama ingin meraih simpati publik demi kepentingan partai. 

Rahayu jelas ingin mendapatkan simpati dari pemerintah dan pendukung pihak penguasa yang berada di akar rumput. Sementara, simpati yang ingin diperoleh Fadli Zon sudah tentu FPI dan kelompoknya. 

Dilihat dari sudut pandang politik, hal tersebut tidak akan menguntungkan bagi Partai Gerindra. Sebagian besar publik hari ini sudah sangat pintar dan melek politik. Mereka tentu menghendaki partai yang memiliki sikap tegas. Tidak pin-plan seperti yang terjadi pada partai berlambang kepala burung garuda dimaksud. 

Artinya, alih-alih mendapat simpati, yang terjadi malah sebaliknya. Partai Gerindra bisa banyak ditinggalkan pendukung karena sikapnya yang tak menentu tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline