Lihat ke Halaman Asli

Tumbuhkan Kerja Sama, Mengurangi Rasa Tersaingi

Diperbarui: 20 Januari 2021   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com

Seperti sebuah sekolah yang banyak gurunya. Tidak tanggung-tanggung, guru-gurunya lulusan terbaik. Dedikasinya juga tidak diragukan lagi.

Memiliki anak yang sekolah di tempat terbaik seyakin-yakinnya anaknya akan mendapatkan pembelajaran terbaik. Akan menghasilkan prestasi yang baik, perilaku yang baik, dan seterusnya. Pokoknya semua yang baik dan istimewa. Benarkah?

Meskipun banyak pilihan, rumah dekat, biaya murah, teman sepermainan yang ramah, tak menjadikannya memilih sekolah tersebut ketika keyakinan pada guru yang ada di sekolah itu diragukan.

Kepercayaan orangtua biasanya berdasarkan pada pengamatan dari pandangan mata saja. Padahal hasil akhir dari proses pembelajaran bagi anaknya masih bergantung banyak faktor.

Kemampuan intelegensia, daya dukung dan motivasi dari orangtua, termasuk salah satunya adalah bimbingan belajar orangtua pada anaknya ketika berada di rumah. Di samping itu pengawasan pada saat mengulang dan menelaah materi pelajaran di malam hari. Sudahkah dilaksanakan?

Setelah semua daya dukung terpenuhi, segala usaha maksimal pun sudah dilakukan. Lantas, apakah keyakinan akan keberhasilan anak tercapai? Jawabnya, belum tentu.

Mungkin saja anak akan berprestasi secara akademik, namun melupakan tata krama sosial. Mungkin juga anak prestasi akademiknya bagus, sopan santunnya meningkat. Namun kehidupan individual anak merasa tertekan. Bisa jadi.

Idealnya adalah dalam bidang akademik berhasil, dalam bidang non akademik, termasuk keterampilan sosialnya juga berhasil, memiliki budaya yang bagus baik terhadap orang yang lebih tua maupun menyayangi yang lebih muda.

Sebenarnya ada sesuatu yang kadang lupa dari pengamatan guru dan orangtua. Rasa bersaing yang tinggi, dalam hal yang positif memang menguntungkan anak dari segi pembelajaran. Namun jika rasa bersaing ini terjerumus pada persaingan di luar kendali, maka dalam diri anak akan terpatri keinginan yang kuat untuk menjatuhkan.

Dalam hal yang ekstrim, rasa dengki (tidak suka orang lain melebihi kemampuannya) sangat berbahaya. Jika terus saja tumbuh dan berkembamg dalam diri anak mungkin saja nanti kelak ketika dewasa menjadikannya bertindak arogan dan tak ingin disaingi oleh siapa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline