Lihat ke Halaman Asli

Eko S Nurcahyadi

Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Bersih-bersih Jelang Idul Fitri Sebagai Cagar Budaya Pemelihara Mental Masyarakat

Diperbarui: 19 Mei 2020   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi tradisi bersih-bersih rumah dok.cendananews.com

Bagi masyarakat Indonesia terutama pemeluk agama Islam Idul Fitri merupakan hari yang paling istimewa. Sampai-sampai pemerintah menetapkannya sebagai hari libur nasional selama dua hari berturut-turut.

Ada benarnya kehadiran hari raya tersebut memang menyedot energi sangat besar. Aktualnya tingkat pergerakan warga meningkat drastis. Roda ekonomi berputar lebih kencang terutama di sektor konsumsi dan transportasi mengalami peningkatan volume hingga menimbulkan kemacetan di jalan-jalan utama.

Secara sosial Idul Fitri juga makin universal karena pada prakteknya tidak hanya  dirayakan oleh umat Islam saja. Sebagai satu bentuk tradisi Idul Fitri juga dengan eloknya dijadikan momen silaturahmi dan saling memaafkan oleh semua golongan masyarakat Indonesia.

Tersebutlah kemudian yang namanya halal bihalal. Dengan makna yang sangat umum sehingga menghilangkan hambatan primordial dari pemeluk agama lain dalam turut menyelenggarakan silaturahmi semi formal.

Itulah beberapa wajah lokal Idul Fitri setelah berkelindan dengan tradisi.

Kembali ke Fitrah

porsiwp.eumroh.com

Kebahagiaan di hari Idul Fitri berawal dari keberhasilan kita menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan. Sebagai hasil dari sebuah proses panjang menahan lapar, haus serta dorongan syahwat tentu secara alamiah melahirkan perasaan menang yang mendalam.

Namun sebenarnya dimensinya lebih dominan pada sisi esoteris sehingga sebenarnya tidak terlalu memerlukan ekspresi glorifikasi. Selebrasi seperlunya sebagai wujud rasa syukur tentu masih tergolong baik. Karena semua dorongan emosi memerlukan saluran yang tepat untuk memperoleh efek yang sehat. Bahasa agamanya ya pahala atau lebih luas lagi ya ridho Allah SWT.

Hanya saja tak banyak orang yang memperoleh anugerah hasil puasa sebulan yang sempurna. Dalam arti shaum -nya dijalankan sekaligus dalam tiga matra yakni meliputi puasa dhahir syar'i, puasa dhahir jam'iy dan puasa bathin sirriy.

Puasa dhahir syar'i terbatas pada aturan minimal sepanjang masih sah secara hukum. Sedangkan puasa dhahir jam'iy lebih luas puasanya dengan tambahan menahan dari syahwat lahir yang timbul dari keinginan panca indera.

Kemudian yang terakhir adalah puasa bathin bi sirriy yaitu termasuk mengalahkan dorongan syahwat khofiy. Jelasnya syahwat khofiy itu nafsu yang lembut tak mudah terdeteksi tetapi sangat berbahaya dalam jika bersarang dalam hati manusia. Contohnya sifat takabur, hasud, suka pamer dan selalu ingin wah di mata orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline