Lihat ke Halaman Asli

Gibran dan Kekuatan Politik Milenial

Diperbarui: 25 Juli 2020   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gibran Rakabuming Raka (Solopos.com)

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat. Bukan karena bisnisnya, namun keputusan terjun ke dunia politik. Sosok Giran sebelumnya tak lebih dari seorang milenial yang terbilang sukses menjalankan usaha bisnisnya. Berbekal latar belakang sebagai pebisnis, membuat banyak kalangan ragu akan kemampuan Gibran dalam dunia politik.

Apakah memang sedang terjadi transisi perpolitikan dari generasi tua ke generasi mulenial? Ataukah Giran tak lebih memanfaatkan nama besar sang ayah? Ataukah memang kekuatan politik milenial Girabn memang patut diperhitungkan? Mari kita simak ulasannya.

Apabila dianalisis secara mendalam, saat ini memang sedang terjadi perubahan peta perpolitikan seiring perkembangan zaman.

Dunia politik selama ini selalu dikaitkan dengan generasi baby boomers dan generasi Z atau para senior, karena kebanyakan politikus adalah para senior dari sisi usia maupun pengalaman. Namun paradigma itu mulai bergeser perlahan-lahan saat anak-anak muda mulai diperhitungkan sebagai "pemberi arah baru" demokrasi.

Pada kancah internasional, pemimpin berusia muda mulai bermunculan dan menjadi magnet tersendiri. Berbagai negara bahkan dipimpin oleh para pemimpin muda seperti Austria, Estonia dan Ukraina.

Pada kancah nasional, anak-anak muda juga mulai dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk mengisi jabatan menteri seperti Nadiem Anwar Makarim (Mendikbud) serta tujuh staf khusus presiden dari kalangan milenial. Keterlibatan pada milenial tersebut menjadi awal lahirnya tatanan baru dalam bidang pemerintahan yang tentunya tidak lepas dari fenomena politik.

Berbicara mengenai kelompok milenial, memang potensi kelompok tersebut dalam percaturan politik layak diperhitungkan. Tak heran jika para politisi berupaya menggarap secara serius kelompok milenial ini. Salah satunya adalah hasil survey LIPI tahun 2018 yang menemukan bahwa sekitar 35-40 persen pemilih untuk perhelatan Pemilu 2019 adalah kelompok milenial.

Namun keterlibatan kelompok milenal tersebut tidak sebatas sebagai pengguna hak pilih, namun juga hak untuk dipilih. Hal itu mulai nampak saat Agus Harimurti Yudhoyono dan Sandiaga Uno ikut berkompetisi dalam kancah Pilgub DKI.

Itulah momentum dimana kelompok milenial tidak hanya sebatas sebagai penonton tapi aktor dalam percaturan politik. Kondisi tersebut tampaknya dibaca oleh Gibran yang mencoba menunjukkan eksistensinya sebagai calon pemimpin mewakili kaum milenial.

Dikatakan demikian karena Gibran yang lahir tanggal 1 Oktober 1987 memang masuk generasi milenial atau generasi yang lahir setelah tahun 1980.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline