Belajar sejarah ditempuh dengan banyak cara. Yang kita kenal adalah melalui bangku sekolah. Bung Karno Sang Proklamator bangsa ini telah memberi tauladan bahwa membaca adalah membuka jendela dunia dan Kemampuan Bung Karno dalam memahami sejarah dunia sangat luar biasa. Semua itu berawal dari hobi beliau yang memang gemar membaca.
Alkisah, sewaktu Bung Karno diasingkan ke Bengkulu, Beliau membawa koleksi-koleksi buku ilmiahnya. Beliau betah duduk berjam-jam hanya dengan ditemani buku. Hobi Sang Proklamator tersebut mengundang decak kagum anak Residen Bengkulu, Hooikas Jr. Ketika Bung Karno ditanya oleh Hoikas mengapa Bung Karno gemar sekali membaca, jawaban Bung Karno adalah,
"Orang muda, saya harus belajar giat sekali. Insya Allah, saya akan menjadi presiden negeri ini,"
Sontak, jawaban tersebut menjadi bahan tertawaan para Kompeni di Bengkulu. Namun bertahun-tahun setelahnya, mereka harus terkejut. Bung Karno menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia!
Tentu saja, cita-cita Bung Karno tidak dapat tercapai secara instan dengan asal membaca. Bung Karno memiliki kemampuan membaca yang baik, atau dapat disebut sebagai kemampuan membaca secara aktif. Kemampuan membaca aktif inilah yang menjadikan Bung Karno dapat menyerap setiap pengetahuan yang dibacanya dengan baik sehingga Beliau memiliki wawasan yang sangat luas. Sampai akhirnya, wawasan yang luas tersebut mengantarkan Bung Karno dalam meraih cita-citanya. Nah, kita bisa belajar banyak dari Bapak Proklamator kita ini tentang bagaimana cara membaca aktif.
Salah satu kegiatan Para Reenactor adalah membaca literatur sejarah, sebagaimana Bung Karno lakukan. Membaca literasi sejarah adalah bekal seorang reenactor untuk bisa menjelaskan sedang melakukan apa dirinya.
Seperti foto di atas, adalah sebuah kegiatan impresi sweeping pasukan belanda mengejar pasukan republik di bawah terowongan Jembatan Jalan Semeru Kota Malang sebagaimana pernah terjadi pada saat agresi Belanda ke I di Tahun 1947. Sebelum melakukan sesi pemotretan seperti ini yang harus dilakukan adalah wajib belajar sejarahnya dulu. Jangan sampai asal asalan.
Suatu Misal asal memakai seragam warna hijau seperti seragam hansip. Pertanyaannya, apa hansip sudah ada di Tahun 1947? Misalnya lagi, senjata yang dibawa juga asal asalan, misalnya membawa senapan angin untuk berburu. Pertanyaannya apa ditahun 1947 Pasukan Belanda menyerang Indonesia dengan membawa senapan angin? Inilah pentingnya membaca untuk belajar sejarah, sehingga tidak asal tampil dan kalau ditanya tidak paham apa yang dilakukannya. Misal perihal pemakaian tanda pangkat, bintang jasa dan lain sebagainya
Ini adalah foto Bung Karno dengan Pakaian Kebesaran. Beliau memakai tanda tanda kebesaran karena beliau presiden Republik Indonesia. perhatikan foto selanjutnya
ini adalah foto Panglima Soedirman. Seorang Reenactor harus bisa menterjemahkan foto foto ini berdasar literatur sejarah. Reenactor tidak akan memakai tanda pangkat dan bintang jasa yang tidak sesuai tempatnya. inilah yang perlu dipelajari seorang Reenactor.
Berikut Tips singkat membaca efektif dan membaca aktif ala Bung Karno yang dapat kita terapkan saat kita membaca :
- Mengembangkan Rasa Ingin Tahu