Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Sedekah Kepada Kafir Miskin "Berbuntut Panjang"

Diperbarui: 26 September 2020   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberian sedekah juga berlaku bagi umat Buddha, seperti di sebuah pasar tradisional Thailand Selatan ini. Foto | Dokpri

Sungguh, ini kisah memilukan. Sekaligus menjengkelkan. Hal ini bukan saja terkait dengan intoleransi, juga merusak hubungan antarumat hanya disebabkan perkara sepele. Perkara recehan yang sesungguhnya dapat merusak keyakinan seseorang.

Apa pasalnya, sih?

Begini. Pagi tadi penulis menyaksikan protes seorang ustaz -- yang jadi pengurus masjid tua -- kepada ustaz lainnya yang juga menjadi pengurus masjid di kampung lainnya. Sengaja di sini penulis tak sebut lokasi, nama masjid dan ustaznya.

Ustaz Dullah dan Ustaz Abdurrahman, keduanya bukan nama sebenarnya, pagi-pagi seusai shalat Subuh saling adu argumentasi terkait pemberian sedekah kurban Idul Adha tempo lalu.  

Entah apa Ustaz Dullah pada Sabtu pagi ini ikut sholat Subuh di masjid yang berada di dekat kediaman Abdurrahman yang juga menjadi pengurus masjid. Barulah dapat dipahami bahwa kedatangan sang tamu selain ikut sholat berjamaah ternyata juga bermaksud menegur rekannya.

Bagi Ustaz Abdurrahman tentu saja kedatangan sang tamu merupakan suatu kehormatan. Apa lagi ia sampai-sampai meninggalkan jamaah masjid yang dipimpinnya.

Ustaz Abdurrahman awalnya ditegur Dullah, yang oleh sebagian warga setempat dipanggil kiyai, mengenai hukum-hukum sedekah. Termasuk pendistribusian daging kurban.

Dullah terlihat merasa lebih senior. Lebih berilmu dan berisi. Karenanya ia mengajukan pertanyaan seperti menguji rekannya, bagai anak sekolah baru belajar ilmu berhitung. Namun pertanyaan yang diajukan itu dapat dijawab disertai petikan ayat Alquran.

Terlihat Dullah menggut-manggut seperti burung pelatuk ketika mencari rekan-rekannya di atas pohon rindang. Ia melempar senyum sebagai ungkapan pembenaran dari seluruh jawaban yang disampaikan. Namun pembicaraan jadi serius ketika membahas pembagian daging kurban yang dilaksanakan pada Idul Adha tempo lalu.

Kok, warga tak pernah protes dengan pembagian daging kurban tetapi sekarang dipersoalkan. Pikir penulis, ini masalah usang. Enggak aktual lagi. Penulis jadi terheran, kok dibahas?

**

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline