Lihat ke Halaman Asli

Edi Woda

Blogger Rasa Jurnalis

Lentera di Ujung Tangan

Diperbarui: 19 September 2020   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Lentera/dokpri

Entah mengapa kebanyakan penyair sering dikaitkan dengan 'hujan', 'gerimis','rindu','rintik','kata', malam, atau sejenisnya. Terlalu naif pula jika ada yang bilang penulis sajak sering identik dengan 'sebatang rokok', atau  'segelas alkohol'. Lebih ekstrum lagi jika penyuka sastra bebas. Freedom of Expression. Bebas berekspresi. Bisa lupa aturan. Tidak mau ikut aturan? Sering memberontak. Membela kebenaran dengan narasi melankolis plus syarat makna tentang kemanusiaan, perjuangan, cinta. Akh... Cinta banyak kata-kata akan muncul kalau orang sudah mencinta. Ini bukan tentang orang tetapi tentang apa yang harus dihidupi untuk menjadi bermakna. Bagi segilintir orang termasuk saya, menciptakan lirik (biar tidak dikata pujangga) berarti menjadi Lentera. Lentera di ujung tangan.

Lentera 

Malam perlahan-lahan tiba

kokok ayam di penghujung senja jadi isyarat

suara burung pulang ke rimba jadi tanda

anak-anak berlari pulang sehabis main

ibu-ibu menanak nasi

para ayah mematahkan ranting

Gelap menyelimuti 

ringkik jangkrik, kodok dan biota malam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline