Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Luh Hartini, Seorang Ibu dengan Limpahan Kasih Sayang

Diperbarui: 23 Desember 2020   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto nenek dan cucunya (Sumber i.pinimg.com)

Pagi-pagi, ia berjalan-jalan agak cepat di gang depan rumah. Gang sepanjang tak lebih dari seratus meter itu menjadi jalur tempuhnya untuk berolah raga ringan, berjuang mempertahankan kesehatannya. Begitulah yang dilakukannya pada setiap pagi ketika matahari mulai memancarkan sinarnya ke permukaan bumi.

Terserang Tumor

Luh Hartini, demikianlah nama mertua saya itu. Beliau sudah tiada, meninggal 4 tahun yang lalu. Perjalanan hidupnya yang berat meninggalkan kenangan yang demikian melekat di benak kami semua, anak, mantu, dan cucunya.

Dulu, ibu yang dikaruniai 6 orang anak ini pernah terserang tumor, sebuah penyakit yang tentu saja sangat berbahaya. Dalam banyak kasus, tumor itu berakhir dengan kematian.

Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan mertua saya ini. Beliau berhasil melewatinya,  tetap tegar, dan cukup sehat setelah operasi yang dijalaninya di rumah sakit di kota kecil tempat kami tinggal.

Tinggal di Rumah Kecil

Ia kemudian memilih tinggal di rumah yang dimiliki menantunya. Salah seorang menantunya menyediakan rumah kecil type 27 untuk ditempatinya. Di sana ia tinggal bersama seorang sahabat setianya, Nyoman Puri, seorang perempuan lugu dan polos, yang selalu mendampinginya dalam keseharian.

Kami secara bergiliran menjenguk ke sana. Menghiburnya, membawakannya oleh-oleh kecil, seperti makanan atau lainnya. Jika kami, anak, dan menantu, apalagi cucunya juga hadir, maka ia akan bergembira. Hal itu terlihat dari air muka dan matanya yang berbinar.

Ibu mertua saya sangat menyayangi kami, anaknya, menantunya, terlebih-lebih cucu-cucunya. Kalau kami berkunjung, ia akan selalu merepotkan diri sendiri, segera masuk dapur untuk membuat dan memasak apa saja yang bisa dijadikan makanan untuk kami nikmati. Kecintaan dan kasih sayangnya sangat tulus, tulus sekali.

Untuk bisa hidup, dia mendapatkan sebagian dari uang pensiunan sang suami, yang tidak seberapa. Tetapi, itu sudah cukup untuk hidup sangat sederhana. Kalau pun ada kebutuhan atau kekurangan, ia dibantu oleh anak-anaknya yang sudah menikah. Untuk kebutuhan makan dan lainnya sehari hari-hari sudah cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline