Lihat ke Halaman Asli

Dwi Haryanti

Bukan Pewayang

Membangun Kesadaran Masyarakat Muda akan Pentingnya Berintegrasi

Diperbarui: 31 Agustus 2022   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apasih yang terlintas dalam fikiran teman-teman ketika mendengar kata "Peradaban Baru?" Apakah teman-teman akan langsung teringat dengan era high teknologi, maraknya tawaran kemudahan pada daily life, atau sebaliknya? Ekonomi yang merosot, kesengasaraan, ramainya pengangguran karna tidak mampu mengimbagi perubahan zaman secara optimal?

Harian Kompas. Com melansir, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa Indonesia pada tahun mendatang 2023 masih memiliki harapan atau sanggup untuk menghadapi dengan lebih baik jika dibanding dengan negara berkembang lainnya. dikutip Senin (8/8/2022).

"Ada beberapa indikator ekonomi Indonesia yang masih positif, misalnya nilai tukar rupiah relatif lebih solid dibanding negara berkembang lain," ucap Bhima.

Namun realtianya kalangan muda malah dibisingkan dengan era society 0.5. Sebuah era baru yang digaungkan Federasi Jepang yang mana teknologi menjadi sesuatu yang akan terus mendampingi daily life masyarakat. Masyarakat tentu akan excited dengan segala hal yang baru, namun bagi kalangan menengah kebawah?  hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri, seolah-olah perkembangan menjadi sesuatu yang menakutkan, khawatir akan semakin sulitnya mendapat pekerjaan, semakin sulitnya hidup dengan standar layak pada Umumnya.

Namun kali ini Penulis ingin menuangkan suatu hal berdasarkan pengalaman yang Penulis alami sendiri, dari berbagai kegelisahan yang menurut Penulis dapat dijadikan pelajaran yang memiliki impac Tentang "Apasih yang baiknya dilakukan?!".

Zaman bukanlah sesuatu yang harus diikuti secara intens, biarlah hal-hal seperti itu berjalan sebagaimana alurnya, namun tentu sebagai pribadi haruslah menjadi sosok yang mampu berdiri di kaki sendiri. 

Sudah barang pasti, tidak sedikit perasaan khawatir Sebagai rakyat negara berkembang tidak mampu mengimbangi perkembangan yang digalakkan oleh negara maju. Tapi apapun itu, baik negara berkembang atau maju semuanya memiliki keistimewaanya sendiri.

Maka dari itu, mengadaptasi hal-hal baru dan memasukannya pada "apa yang teman-teman butuhkan" atau dalam istilah lain dikenal dengan kegiatan "Menyadur". Menerima segala yang masuk, dan menjadikannya hak milik dengan mengubahnya menjadi "Apa yang dibutuhkan".

Memang apasih yang dibutuhkan?!


Dalam salah satu contoh dasarnya adalah Makan, semua orang pasti membutuhkan makanan, syarat pokok untuk tetap bisa hidup, dan untuk mendapatkan Makanan haruslah ada seseorang dibelakangnya yang berperan menjadi Petani. Namun, entah kenapa generasi Muda justru enggan melakukannya? Mulai dari alasan tidak menjamin, takut gagal, capek, tidak ada lahan yang cukup, tidak memiliki modal.


Padahal terlepas dari itu bertani merupakan jenis pekerjaan yang tak lekang waktu (entah untuk nanti, mengingat tanah sudah banyak digarap menjadi gedung-gedung industri hehe). Namun adakah kesadaran dalam diri kita bahwa setiap mahluk hidup itu pasti membutuhkan asupan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline