Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Netizen dan Potensi "Waton Sulaya"

Diperbarui: 23 Maret 2021   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tagar.id

Saya mengamati lama tentang perilaku netizen kalau komentar di media sosial. Banyak yang cerdas, banyak yang ngeyelan. banyak pula yang penting menang debat.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud waton sulaya itu. Dalam istilah Jawa menurut pemahaman saya asal beda...yang penting bisa menjawab meskipun jawaban kadang tidak ada unsur logika sama sekali.

Ketika seorang diterangkan dengan detail dan logis, jawabannya malah bikin senewen dan malah bikin emosi.

Entah dia sekedar mengisi waktu atau tidak punya kerjaan, atau akun akun yang sengaja dibuat sebagai oposan, tidak peduli Jaka Sembung bawa golok gak nyambung gobl**.

Hehehe. Tapi itulah membaca komentar kadang menggelikan, kadang kasihan, sebegitu usahanya menjawab padahal sebenarnya ia tidak mengerti harus menjawab apa. Tapi demi gengsi ya yang penting jawab.

Sebetulnya debat sehat Khan bisa dilatih. netizen harusnya terlatih juga untuk mengakui kekalahan. Jangan seperti suporter sepak bola yang ketika klubnya kalah ngamuk, itu namanya tidak sportif. Nah sifat sportif itu yang kadang hilang pada netizen waton sulaya.Tidak mau mengalah yang penting bisa menunjukkan keberpihakan meskipun kadang membabi buta.

Sifat yang agresif dan terus menyerang dan menyerang ke pribadi, kadang membuat takut  itu terbukti ketika banyak netizen, pegiat medsos seringkali kelewatan saat, melihat Masalah. yang terbaru adalah betapa ganas'nya netizen yang memojokkan panitia All England.

Memang mengecewakan keputusan panitia tapi apakah netizen harus bar bar dengan menyerang yang seharusnya tidak diserang misalnya pemain negara lain.

Apakah yang terjadi ? apakah karena mudahnya bikin status, dan gampang bikin akun jadi sifat bar bar itu muncul karena banyak netizen hanya bermodalkan keberanian dan berani menantang hingga tampak betapa mengerikannya para pemilik akun yang sering dengan kelewatan memaki dan membuat kisruh dunia medsos.

Asal bunyi, asal memaki, asal memberikan opini tanpa dipikir sebab akibatnya lebih banyak merugikan dari pada menguntungkan. Pengguna internet, yang seharusnya bisa memilah kata kata yang santun. berubah beringas bila menyangkut prinsip.

Apalagi jika debat masalah sensitif yaitu agama dan politik. Tampak cerminan manusia yang seharusnya bisa mengendalikan diri karena penguasaan agama, seakan tidak berarti karena debatnya menjadi emosional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline