Lihat ke Halaman Asli

Dwi Isnaini

Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Menjual Kisah di Balik Produk

Diperbarui: 19 Agustus 2021   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto koleksi pribadi

Di zaman digital sekarang ini, semuanya bisa berubah dengan cepat karena arus informasi yang begitu cepat. Dalam hal marketing juga mengalami perubahan yang fantastis mengikuti arus perkembangan zaman.

Kalau dulu marketing hanya dilakukan secara tradisional melalui pertemuan penjual dan pembeli, sekarang cara tersebut sudah mulai ditinggalkan banyak orang. Pesatnya perkembangan teknologi seperti adanya fb, ig, wa, twitter, website dan lain sebagainya membuat para pedagang mempunyai banyak pilihan untuk memasarkan produknya.

Keunggulan yang lain dari perkembangan teknologi adalah produk akan lebih dikenal luas oleh khalayak  dan lebih mempercepat closing serta omzet bisa menjadi berlipat-lipat. Bahkan produk bisa di pasarkan sampai ke luar negeri. Dengan catatan kita bisa mengemas iklan dengan baik.

Baca juga : Cara Mendapatkan Customer Satisfied

Dalam memasarkan produk secara online, kita harus mengemas iklan secara menarik. Misalnya saja dengan foto yang bagus dan cerita yang bisa menarik pembeli. Menurut Mas Saptuari Sugiharto, dari sebuah penelitian 93% orang memutuskan belanja dengan hanya melihat gambar.

Orang hanya mengingat 10% saja iklan dengan menggunakan kata-kata, tapi bisa meningkat menjadi 65% ketika menampilkan gambar/foto yang menarik. Otak manusia memproses bahasa visual hingga 90%, memproses visual 60.000 lebih cepat dibandingkan dengan text.

Dikutip dari Majalah Trubus edisi Agustus 2021/LII, dengan marketing secara online, pandemi korona seolah bukan menjadi hambatan untuk memasok produk ke berbagai penjuru Indonesia maupun ke mancanegara. Salah satu siasat untuk meningkatkan nilai suatu produk adalah dengan memperhatikan packing produk dan mengemas cerita dibalik produk.

Di masa sekarang ini, para produsen harus pandai-pandai mengemas "cerita" atau narasi pada suatu produk. Narasi yang dibangun bisa berupa kekhasan budidaya, proses pasca panen, hingga lingkungan atau tradisi masyarakat setempat.

Foto koleksi pribadi

Kopi luwak pun bisa berharga fantastis Rp 1 juta per 100 gram atau bisa mencapai Rp 250 ribu percangkir berkat narasi yang dibangun dari segi keunikan proses. Ubi Cilembu yang terkenal dengan ubi madu juga memiliki nilai jual yang tinggi berkat cerita keunikan lingkungan tempat tumbuh yang bisa menjadikan ubi cilembu berbeda dengan ubi yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline