Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Gengsi Anak Tak Sesuai dengan Kemampuan Orangtua

Diperbarui: 15 Agustus 2022   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi relasi anak dan orangtua.| Foto: Dok. Edutore via Kompas.com

Salah satu tantangan terbesar untuk orangtua saat anak berkuliah adalah faktor biaya. Untuk konteks Flores umumnya, berkuliah ke luar daerah, kabupaten ataukah provinsi, masih menjadi salah satu pilihan utama.

Tak ayal, tuntutan biaya kuliah juga dibarengi dengan biaya kos, makan minum, dan keperluan keseharian selama berkuliah menjadi tantangan serius untuk orangtua.

Jadinya, orangtua harus bekerja ekstra keras agar bisa memenuhi kebutuhan anak dan menjauhi kurangnya ataukah ketidaktepatan pemberian jatah uang bulanan tak meruntuhkan semangat anak untuk berkuliah.

Akan tetapi, di tengah berdirinya beberapa universitas di beberapa kabupaten di Flores, pilihan keluar daerah sebenarnya bisa dibatasi. Kalau tidak salah, tercatat sudah ada tiga universitas di pulau Flores, dan belum terhitung dengan sekolah-sekolah tinggi.

Dengan ini, pergi kuliah dengan datang dari rumah sendiri atau pun tinggal di rumah keluarga bisa mengurangi tuntutan biaya selama berkuliah. Dengan ini, biaya orangtua hanya mencakupi uang kuliah tanpa terlalu berpikir terlalu jauh dengan uang kos dan makan minum.

Namun, hal ini kadang berbenturan dengan kemauan anak. Kemauan anak tak hanya berkaitan erat dengan pilihan jurusan yang hendak diambil oleh anak di bangku kuliah, tetapi juga gengsi anak karena faktor sosial budaya tertentu.

Ya, tak sedikit anak yang memilih universitas tertentu, bukan semata-mata pilihan jurusan atau pun popularitas nama tempat kuliah, tetapi karena faktor gengsi yang terbentuk oleh lingkungan sosial terlebih khusus lewat relasi sosial dengan teman-teman sewaktu SMA, atau juga mau mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial.

Saya pernah menanyakan seorang anak yang barusan menyelesaikan bangku SMA. Sebut saja namanya Merna.

Ayah dan ibu Merna tak berpenghasilan tetap. Ayahnya petani, sementara ibunya mempunyai kios di plaza kepunyaan desa mereka. Jadi, penghasilan orangtuanya tidak tetap.

Merna memiliki beberapa teman dari keluarga berada. Sebagian besar dari mereka memilih untuk melanjutkan bangku kuliah di universitas swasta yang cukup terkenal dan terletak di ibukota provinsi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline