Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Acara Resepsi Pernikahan Bukan untuk Pamer, tetapi Sebuah Ungkapan Syukur

Diperbarui: 27 Desember 2019   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: tlcweddings.co.uk

Pada masa kini, ada pelbagai rupa bagaimana orang yang merayakan sebuah pernikahan. Terlebih khusus, perayaan selepas menyatakan janji di insititusi agama tertentu.

Yang berkemampuan finansial cukup mumpuni, mereka bisa membuat acara resepsi yang mewah. Kemewahan itu nampak lewat dekorasi yang ditampilkan, pemilihan tempat untuk resepsi, makanan-minuman yang disajikan dan jumlah orang yang diundang.

Sementara yang mempunyai kemampuan finansial seadanya, pastinya juga menyesuaikan acara resepsi dengan kemampuan tersebut.

Tanpa penyesuaian dengan anggaran, bisa saja terjadi beban. Beban itu bukan saja dalam proses persiapan, tetapi juga setelah acara resepsi berlangsung.

Meski demikian, tidak jarang juga terjadi kalau ada yang coba melampaui batas kemampuan anggaran untuk melangsungkan pernikahan. Kemampuan finansial dipaksa untuk tunduk pada selera dan keinginan.

Selera tinggi tetapi kemampuan finansial lemah. Keinginan untuk acara yang serba mewah, tetapi keadaan keuangan kedua belah pihak tidak mendukung.

Salah satu penyebab dari situasi seperti ini adalah karena tantangan sosial. Dalam kenyataan sosial, begitu banyak orang yang melangsungkan resepsi pernikahan dengan tampilan mewah. Karena situasi ini, banyak orang yang cenderung untuk mengikuti tren yang sama, walaupun hal itu memaksa anggaran keuangan yang terbatas.

Selain itu, ada yang ingin melangsungkan acara mewah karena mau dilihat dan dipuji orang lain. Apalagi di tengah konteks masyarakat yang cenderung mengukur kesuksesan orang lain dari sisi tampilan luar.

Contohnya, pandangan yang menilai keberhasilan sebuah acara pernikahan dari faktor resepsi semata. Acara yang besar dan mewah menjadi ukuran dari keberhasilan sebuah pernikahan.

Efeknya, banyak orang cenderung berpikir banyak kali untuk mengikat sebuah pernikahan pada institusi tertentu kalau belum mempunyai kemampuan finansial. 

Acara dibuat sedemikian mewah agar bisa mendapat pujian dari orang lain. Jadinya, esensi utama dari resepsi pernikahan menjadi kabur. Yang dicari hanya semata-mata pujian dari orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline