Lihat ke Halaman Asli

Doni Bastian

TERVERIFIKASI

blog : www.donibastian.com

Harga Daging Ayam Anjlok, Peternak Menjerit, Salah Siapa?

Diperbarui: 26 Juni 2019   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Kompas.com

Naik turunnya harga barang kebutuhan pokok secara ekstrim tentu akan memicu gejolak ekonomi pasar. Baik itu dari sisi konsumen maupun produsen barang. Kali ini terjadi lagi kasus anjloknya harga daging ayam di beberapa daerah. Tentu saja yang menjadi korban adalah para peternak ayam pedaging (broiler). 

Bahkan di Yogyakarta, akibat harga jual ayam kepada tengkulak (pedangang pengumpul) yang terlalu rendah, maka para peternak di sana membagi-bagikan ayam secara gratis kepada masyarakat. Alasannya sederhana saja, daripada jual rugi lebih baik diberikan gratis kepada masyarakat, barangkali akan memperoleh pahala, pikir mereka.

Apa yang dilakukan oleh para peternak ayam di Yogyakarta tersebut bisa dimaklumi sebagai bentuk rasa frustasi dan protes atas anjloknya harga jual daging ayam yang membuat uaha mereka mengalami kerugian besar.

Beberapa waktu lalu juga pernah terjadi kasus serupa yang menimpa produk buah naga. Lebih ektrim lagi yang dilakukan oleh para petani buah naga di daerah Banyuwangi Jawa Timur, yang mana mereka dengan sengaja membuang buah naga hasil pertanian mereka ke sungai, karena merasa kecewa dengan harga di pasaran yang sangat murah.

Salah siapa?

Mungkin ini pertanyaan yang sangat mendasar, terkait kasus anjoknya harga barang hasil produksi pertanian atau peternakan. Apakah keasalahan ini bisa dibebaankan kepada para peternak/petani sendiri sebagai bagian dari resiko dalam menjalankan usahanya? Tentu saja tidak serta merta demikian.

Masalah ini bukan kesalahan dari para peternak/petani semata, namun pada substansinya adalah karena pemerintah yang tidak melakukan pemantauan dan pembinaan yang baik kepada para pelaku usaha agribisnis. Begini analisisnya:

Prinsip Ekomomi

Dalam teori ilmu ekonomi dikenal adanya prinsip 'Supply and Demand'. Harga sebuah produk yang dipasarkan tentu akan terkait erat dengan 2 parameter tersebut. Jika permintaan atas sebuah produk (Demand) tinggi, dan jumlah pasokan barang (Supply) rendah, maka dengan sendirinya harga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah permintaan rendah atau tetap, sedangkan jumlah pasokan tinggi atau meningkat, maka secara otomatis harga akan turun. Hal inilah yang sedang terjadi pada kasus ankloknya harga daging ayam di pasaran.

Jika permintaan daging ayam dari masyarakat cenderung tetap, namun di sisi lain jumlah para pemasok ayam dalam hal ini para peternak ayam cenderung meningkat, maka pada suatu titik tertentu, harga jual ayam pada peternak akan mengalami penurunan secara drastis. Sangat logis bukan?

Pada kasus di Yogyakarta, sesungguhnya harga daging ayam di pasaran yaitu yang dijual di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern lainnya relatif stabil, tapi mengapa harga jual daging ayam dari para peternak anjlok?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline