Hingga tahun 2025, Indonesia memiliki 15 perguruan tinggi dengan Fakultas atau Program Studi Kedokteran Hewan yang tersebar di berbagai pulau seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Namun, satu fakta mencolok dan ironis masih tersisa, belum satu pun kampus kedokteran hewan berdiri di Pulau Kalimantan, pulau terbesar kedua di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, potensi peternakan yang luas, dan posisi strategis di tengah wilayah Nusantara.
Saat ini, terdapat dua inisiatif penting yang patut didorong dan didukung penuh yakni rencana pembukaan Prodi Kedokteran Hewan di Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, pada tahun 2026, serta pendirian Fakultas Kedokteran Hewan oleh Universitas Sari Mulia (UNISM) dan Universitas Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan.
Kedua langkah ini bukan hanya menjadi harapan baru bagi pengembangan pendidikan kedokteran hewan di Kalimantan, tetapi juga merupakan bagian dari strategi pemerataan pembangunan dan penguatan ketahanan pangan serta kesehatan hewan nasional.
Oleh sebab itu, menurut penulis, terdapat setidaknya lima alasan utama mengapa percepatan pendirian Prodi Kedokteran Hewan di Kalimantan harus menjadi prioritas nasional. Kelima alasan tersebut adalah:
Pertama, Kalimantan Kaya Akan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati
Pulau Kalimantan adalah rumah bagi berbagai jenis satwa liar dan ternak lokal. Hutan-hutannya menyimpan spesies langka seperti orangutan, bekantan, dan berbagai spesies burung endemik.
Di sisi lain, Kalimantan juga memiliki potensi besar dalam bidang peternakan, mulai dari sapi, kambing, ayam kampung, hingga budidaya satwa eksotis.
Namun, minimnya jumlah dokter hewan yang bertugas di wilayah ini membuat pengelolaan kesehatan satwa menjadi tantangan serius.
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa rasio dokter hewan di Kalimantan jauh di bawah kebutuhan ideal. Tanpa institusi pendidikan kedokteran hewan di Kalimantan, regenerasi tenaga profesional di bidang ini akan terus tertinggal.