Lihat ke Halaman Asli

Farhandika Mursyid

Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Cerpen | Ruang Tunggu

Diperbarui: 17 September 2019   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi | sumber foto : dokpri

11 September 2019

Tidak seperti biasanya, ruang tunggu bandara ini sedang ramai dipenuhi oleh sesaknya orang. Ternyata, sedang ada seorang pria terkenal baik yang akan naik pesawat. Aku sangat kenal pria itu. 

Beliau adalah orang yang sangat berjasa untuk negeri ini. Panutan bagi semua orang untuk berkarya hingga negeri orang. Kala itu, dia sedang menunggu pesawat yang membawanya pergi ke sebuah tempat. 

Aku melihat raut muka bahagia dari beliau yang tentunya sudah akrab dengan hal seperti ini. Pesawat-pesawat itu bisa dibilang berasal dari tangan dingin pria itu.

Ruang tunggu ini memang selalu ramai setiap harinya dengan orang yang diminta untuk pulang dengan alasan ada yang kangen, atau sekadar untuk melihat-lihat saja. Mereka akan diarahkan untuk naik dua maskapai saja. Gursa Air dan Renka Air. Uniknya, kedua maskapai ini tidak bisa dipesan layaknya penerbangan di beberapa bandara. Di ruang pemeriksaan, mereka akan ditentukan ke maskapai mana mereka akan berlabuh.

Aku tadi sempat berbincang sejenak dengan seorang wanita. Dia cantik sekali,tinggi semampai dengan aroma yang sangat wangi ditemani dengan perhiasan yang mengkilat. Pegawai di sana Aku tanyakan naik pesawat apa hari ini. Dia rencana akan naik Gursa Air. Aku melihat raut muka bahagia darinya saat cerita tentang perjalanan yang akan dia tempuh hari itu. 

Dia datang diantar oleh seorang teman baik setelah sebelumnya ditelantarkan oleh keluarganya karena sebuah masalah yang tidak berarti. Dia pun sempat menangis saat cerita tentang keluarga yang dia cintai itu. Ada trauma mendalam yang tidak bisa aku jelaskan saat itu. Untungnya, dia menemukan teman yang mampu membuatnya jadi lebih tenang.

Menurut ulasan, Gursa Air adalah pesawat yang sangat indah. Fasilitasnya sangat nyaman, baik dari tempat duduknya yang sangat emput, makanan yang sangat enak bahkan suasana perjalanan yang sangat cepat dan teliti. Bisa dibilang, pesawat ini. Aku sangat berharap kelak akan dapat tiket dari Gursa Air. Amin.

Kemudian, aku bercakap dengan seorang laki-laki yang sakit-sakitan. Badannya benar-benar kusam dan sangat bau. Aku coba bercakap sejenak menanyakan apa yang terjadi kala itu. Bukankah bandara sendiri harusnya diisi oleh orang yang bersih, kenapa ada juga orang yang buruk di sini.

Dia pun cerita bahwa dia akan naik Renka Air. Tampak penyesalan bertubi-tubi dari cerita itu. Sayangnya, setelah sudah dapat tiket, kita tidak bisa keluar dari ruang itu. Kala itu, dia cerita bahwa dia adalah orang yang sangat senang dengan hiburan malam. Saking senangnya, dia menggunakan segala cara untuk memenuhi hasratnya itu. Dari yang biasa saja hingga yang mengarah ke negatif. 

Menurut ulasan, Renka Air memang memiliki pelayanan yang sangat buruk. Kursinya saja dibuat dari besi panas, perjalanannya yang penuh dengan goncangani, bahkan makanan yang disajikan tidaklah enak, bisa dibilang kotor. Benar-benar menjijikkan. Belum lagi, katanya, pesawat ini punya pelayan yang sangat tidak sopan. Mukanya sangat garang. Aku pun tak terbayang bagaimana rasanya naik pesawat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline