Lihat ke Halaman Asli

Sembodo Nugroho

Master of Animal Science

Aku yang Bingung untuk Memulai

Diperbarui: 5 Mei 2021   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman yang baru tumbuh di dalam polybag (Dokpri)

Dua tahun ini kita berada dimasa-masa yang sungguh sulit, pandemi covid-19 telah meluluhlantahkan tatanan dunia.  Jutaan nyawa telah melayang olehnya, sistem perekonomian runtuh menyeluruh.  Perencanaan hidup di tahun 2020 telah bergeser hingga kini, semuanya memasuki era baru yang merepotkan bagi sebagian orang karena harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, guna memutus rantai penyebaran covid-19.  

Indonesia memasuki masa waspada covid-19 pada bulan Maret 2020, setelah ditemukannya kasus pertama di Depok, Jawa Barat. Setelahnya pemerintah melakukan antisipasinya guna mencegah penyebaran virus tersebut.  Segala ikhtiar telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat secara luas.  Kebiasaan baru pun telah menjadi kebiasaan bagi semua orang, menjaga jarak, memakai masker, menjaga kebersihan, membawa handsanitizer dan tidak berkerumun menjadi cara untuk mencegah penyebaran.  Awal tahun 2021 terkonfirmasi lebih dari 1,5 juta jiwa terkena wabah tersebut, dan lebih dari 50 ribu meninggal dunia. Penyebaran yang bersifat eksponensial tersebut sepertinya sangat sulit untuk dikendalikan, belum lagi kita mendengarkan kabar dari India yang terjadi tsunami covid-19, terkonfimasi lebih dari 19 juta jiwa terkonfirmasi positif dengan penambahan kasus harian sampai 600 ribu jiwa serta angka kematian harian yang cukup tinggi dengan rataan hingga 3500 jiwa per harinya. Suasana yang sungguh mencekam di negeri Hindustan tersebut ( Semoga tidak terjadi di indonesia).   

Kasus demi kasus yang sangat menakutkan akhir-akhir ini.  Selimut kelabu masih membayangi kita semuanya dengan Covid-19 yang tak berkesudahan, meskipun vaksin sudah banyak terdistribusikan, namun belum mampu meredam kasus tersebut. Korban-korban pun berkelimpangan setiap harinya.  

Membatasi diri guna untuk keselamatan diri selama setahun lebih,bahkan dua kali lebaran ini terjadi pembatasan besar-besaran, mulai dari pelarangan mudik hingga pembatasan kegiatan peribadatan.  Kejenuhan pun kian terasa merengsak ke dalam diri, kegelisahan hingga bahkan stress menghadapi kenyataan saat ini.  Pembatasan kegiatan, pengurangan waktu cuti tahunan dan penambahan hari kerja rasanya membuat diri semakin menjadi.  Ketegangan antar syaraf membuat warna rambut kian memudar berangsur memutih, belum lagi kalau malam gelisah dengan beban kerja membuat mata berat untuk dipejamkan.  Keseharian rutinitas, tuntutan kerja dari atasan membuat ketegangan antar karyawan terlebih dengan atasan yang selalu meminta tambahan targetan. 

Meskipun perputaran waktu harian kian cepat, namun gelisah dan ketegangan juga tidak berkesudahan.  Apalagi aku ini yang masih amatiran membuat semuanya terasa begitu sangat menakutkan.  Mungkin juga aku yang susah untuk berubah dari kebiasaan lama atau hanya susah beradaptasi dengan lingkungan baruku.  

Pandemi ini memang sangat merepotkan,namun juga membuatku semakin dewasa dalam menentukan segala pilihan. Dalam ketegangan dengan atasan, membuatku akhirnya menyudahi semua urusan dengannya.  Embel-embel perusahaan besar dengan gaji yang lumayan tak lagi mempan, lebih baik aku menjaga kewarasan di tengah ketidakpastian.  

Awal keputusanku banyak yang menentangku, terlebih keluargaku.  Betapa tidak di tengah guncangan perekonomian malah memilih keluar demi keegoanku semata.  Gejolak pun tidak terhindarkan hingga akhirnya aku capek bersitegang, dengan memulai sesuatu yang baru meskipun berat dijalankan.  Sebuah kebiasaan baru aku lakukan, dengan berjualan mengikuti tren kebanyakan.  Bermodal uang sisa gajian dari perusahaan,aku lakukan untuk modal berjualan.  

Segala ego, jiwa gengsian aku sisihkan untuk berjuang.  Awalnya berat banget, takut tidak laku,malu dan sebagainya selalu menggelayuti langkahku saat menjajakan semua dagangan.  Silih berganti waktu ternyata mengasyikan, manakala dagangan laku dipasaran.  

Beberapa bulan aku mulai menekuni kebiasaan baruku, pesanan demi pesanan kian berdatangan.  Nafsu ambisi untuk mendapatkan orderan besar dengan minim pengalaman menjadikanku terjatuh oleh penipuan.  Aku ditipu oleh salah satu pembeliku, dengan modus belanja banyak, uang belakangan.  Dengan polosnya diriku aku iyakan, namun bayaran tak kunjung datang hingga sekarang.  Meskipun sudah lewat jalur kepolisian, malah terkesan tidak ada tindakan dari aparat.  Aku tidak sendirian, banyak orang serupa denganku, dengan berbagai macam modus.  

Waktu silih berjalan, aku sudah mulai melupakan anggap saja sebagai sebuah pengalaman yang tidak pernah terlupakan.  Aku berkeyakinan bahwa ke depan aku akan mendapatkan jauh lebih banyak dari yang telah hilang.  Melupakan kejadian itu bukanlah hal yang ringan, modal pas-pasan hilang tanpa ada kepastian.  Merupakan titik terendah yang pernah aku alami dalam perjalanan hidup ini.  Nominal yang tidak sedikit bagi aku yang baru memulainya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline