Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Sehat Itu Murah, Jadi Mahal Kalau Kita Sakit

Diperbarui: 26 Maret 2021   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rumah sakit. (sumber: Wavebreakmedia via kompas.com)

Sehat itu murah, yang mahal kalau kita sakit. Supaya tidak dirongrong penyakit, kita perlu berinvestasi hidup sehat. 

Tepat memilih gaya hidup, semua faktor risiko penyakit harus dikendalikan, cerdas hidup sehat, dengarkan suara tubuh, dan skeptis terhadap mitos/takhyul/magis pengobatan. 

Demikian diungkapkan dokter Handrawan Nadesul dalam webinar yang diselenggarakan oleh Museum Benteng Heritage, Rabu, 24 Maret 2021. Webinar itu dimoderatori oleh Pak Udaya Halim.

Menurut dokter yang pujangga ini, orang-orang dulu 95% meninggal karena usia tua dan 5% meninggal karena penyakit. Namun pada masa kini justru terjadi kebalikannya, 95% meninggal karena penyakit dan 5% meninggal karena usia tua.

Orang-orang dulu cukup sehat karena menurut dokter Hans, panggilan akrabnya, hidup sesuai tradisi nenek moyang. Mereka antara lain memakan ubi atau singkong sebagai protein. 

Beliau mencontohkan bagaimana nelayan di Okinawa, Jepang, mampu bertahan hidup sampai usia di atas 100 tahun.   

Ilustrasi bahagia sampai kakek nenek (Foto: tangkapan layar dari presentasi Pak Handrawan Nadesul)

BPJS Tekor

Banyaknya penderita penyakit antara lain tergambar dari BPJS Kesehatan. Dalam berita-berita tentu kita ketahui bahwa BPJS hampir selalu tekor karena harus membayar banyak rumah sakit. 

Namun kalau banyak masyarakat hidup sehat pun, tentu rumah sakit akan menderita 'kerugian' karena sedikit memperoleh penghasilan. Hal ini berdampak pula pada penghasilan dokter, tenaga kesehatan, dan perusahaan farmasi termasuk apotek.

Ilustrasi oksigen di rumah sakit (Foto: tangkapan layar dari presentasi Pak Handrawan Nadesul)

Pada bagian lain dokter Hans mengatakan warga berusia 50 tahun ke atas sebaiknya berolahraga jalan tergopoh-gopoh. Jangan lari atau bermain tenis. Pada usia-usia seperti ini, lutut bisa menjadi masalah.

Dokter Hans menceritakan pula bagaimana jalan kaki dengan bertelanjang kaki di atas kerikil tidak efektif, malah akan mencederai kaki. "Berjalan di atas kerikil berbeda dengan akupresur atau pijat  refleksiologi," katanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline