Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Keramik Kuno Berhubungan dengan Permukiman dan Rute Pelayaran Masa Lalu

Diperbarui: 18 Desember 2020   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bentuk keramik kuno (Foto: makalah Ibu Widiati)

Menutup akhir tahun, Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Jabodetabek bekerja sama dengan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan bertema Identifikasi Keramik dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penelitian Arkeologi. Kegiatan itu berlangsung pada 16 dan 17 Desember 2020 secara luring untuk peserta terbatas 20 orang di Hotel Millenium Sirih dan Galeri Maritim Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tentu saja dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Kegiatan juga berlangsung secara daring lewat aplikasi Zoom dan Youtube.

Kegiatan diawali sambutan Ketua Panitia Ibu Lien Dwiari, lalu Ketua Komda IAAI Jabodetabek Ibu Dedah Rufaedah S. Handari, dan Ketua Umum IAAI Pusat Ibu Wiwin Djuwita. Secara resmi kegiatan dibuka oleh Direktur PTLK Bapak Judi Wahjudin.

Peserta pelatihan secara luring (Foto: IAAI Komda Jabodetabek)

Ganti masker

Dalam masa pandemi ini memang penelitian lapangan arkeologi dilakukan sangat terbatas. Di lapangan, para arkeolog melibatkan penduduk lokal. Kalau malam menginap di hotel. Menurut dokter Rebekka Daulay, M. Epid, protokol kesehatan dengan 3M tetap harus dilakukan secara ketat.

Virus, katanya, dapat bertahan 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 24 jam pada kardus, dan sekitar 4 jam pada tembaga. Namun virus sensitif pada sinar ultraviolet dan panas. Selain itu dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform.

Namun disayangkan oleh dokter Rebekka, kepatuhan protokol kesehatan oleh masyarakat cenderung menurun. Misalnya memakai masker di bawah hidung dan jarang mencuci tangan. Untuk para peneliti diingatkan agar memastikan tetap sehat sebelum bekerja atau bepergian, mandi setelah sampai rumah, bersihkan alat-alat kerja, konsumsi gizi seimbang, melakukan olahraga, dan cukup tidur.

Tentang masker, menurut dokter Rebekka, sebaiknya diganti setiap 4-6 jam. Untuk masker nonkain, boleh dibuang. Namun masker kain bisa dicuci. Pada sesi pertama itu narasumber didampingi moderator Ibu Triwuryani.

Temuan keramik dari daratan/kiri dan dari perairan/kanan (Foto: makalah Ibu Widiati)

Pengenalan keramik

Acara inti berupa pengenalan keramik. Tentu saja keramik kuno. Ibu Widiati mengungkapkan asal-usul kata keramik sebagai barang pecah belah atau barang yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Saat ini yang dikenal sebagai keramik adalah peralatan rumah seperti guci dan pot serta perlengkapan makan seperti mangkok dan piring.

Ditinjau dari masanya, ada keramik yang dibuat pada masa lalu dan ada keramik yang dibuat pada masa sekarang. Bahkan ada yang sengaja dibuat meniru keramik masa lalu.

Khusus keramik kuno, menurut Ibu Widiati, biasanya diperoleh dengan cara pencarian dan penemuan, baik di daratan maupun perairan. Ada juga keramik kuno hasil warisan, pembelian, pemberian, dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline