Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Perlu Kolaborasi Arkeolog-Numismatis untuk Meneliti Uang Kuno

Diperbarui: 2 Juli 2020   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Koleksi koin lama dalam album (Dokpri)

Benda apakah yang tidak lekang oleh zaman, baik ketika masih bisa digunakan maupun ketika sudah tidak bisa lagi digunakan oleh masyarakat? Salah satu jawaban yang pasti tentu saja uang. Pada saat masih berlaku, uang merupakan sumber utama buat hidup manusia. 

Dengan uang, manusia bisa membeli sesuatu sesuai keinginan atau kebutuhan. Ketika sudah ditarik dari peredaran, uang menjadi buruan orang-orang yang mempunyai hobi khusus berkoleksi mata uang. 

Para numismatis ini, begitulah sebutan khasnya, berkoleksi uang kertas, uang logam (koin), atau benda-benda yang berhubungan dengan numismatik. Faktor kelengkapan, keunikan, kelangkaan, dan kondisi koleksi menjadi perhatian utama mereka, terutama jika memiliki 'grade' tinggi.

Uang-uang yang sudah tidak berlaku lagi bahkan menjadi obyek penelitian para ilmuwan, terutama arkeologi. Sejarah Nusantara mengalami perjalanan panjang. Sejak ribuan tahun yang lalu, orang-orang sudah mengenal sistem barter. 

Alat tukar atau uang primitif, biasanya terbuat dari bahan-bahan yang keras dan tahan lama seperti batu, cangkang kerang, logam, biji-bijian, kacang-kacangan, dan manik-manik.

Koin dan beberapa temuan lain di situs arkeologi (Foto:https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47512483)

Emas dan perak

Mata uang yang memiliki nilai khusus kemudian diperkenalkan oleh kerajaan-kerajaan kuno yang bercorak Hindu-Buddha yang pernah ada di Nusantara. 

Umumnya mata uang tersebut terbuat dari emas dan perak. Kerajaan kuno yang teridentifikasi memiliki mata uang antara lain Sriwijaya, Mataram Hindu, dan Majapahit.

Pada masa kerajaan atau kesultanan Islam, mata uang menjadi lebih bervariasi. Banyak kesultanan mengedarkan mata uang, misalnya oleh Samudera Pasai, Jambi, Riau, dan Palembang. Mungkin karena teknologi atau bahan yang tersedia, saat itu bahan timah banyak digunakan.

Pada masa kolonial, mata uang negara asing banyak digunakan di Nusantara. Koin dari Tiongkok banyak ditemukan pada situs-situs arkeologi di Indonesia. Begitu pula koin Spanyol.

Koin Nederlandsch-Indie tentu saja paling banyak diberlakukan di Nusantara. Belum lagi uang masa pendudukan Jepang selama 1942-1943.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline