Lihat ke Halaman Asli

Djohan Suryana

TERVERIFIKASI

Pensiunan pegawai swasta

Jokowi Bakal Kalah dalam Pilpres 2019?

Diperbarui: 10 Agustus 2018   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Akhirnya "bisul" itupun pecah. Dua nama calon wakil presiden (cawapres) yang ditunggu-tunggu itu muncul pada detik terakhir. Mereka adalah K.H. Ma'ruf Amin sebagai cawapres Joko Widodo (Jokowi) dan Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo Subianto. 

Secara resmi mereka mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 9 Agustus 2018, satu hari menjelang penutupan pendaftaran. Betul-betul "the last minute", betul-betul mengejutkan, betul-betul tidak transparan sehingga masyarakat tidak diberi kesempatan untuk menilai kaualitas serta karakter mereka. Kata orang, itulah politik, segala sesuatunya didasarkan atas kepentingan dan kekuasaan belaka.

Semula orang berharap bahwa Jokowi akan memilih Mahfud M.D. sebagai cawapres karena dinilai lebih representatif serta berpengalaman dalam bidang pemerintahan dan dinilai bersih dan memiliki integritas tinggi, namun beberapa jam terakhir ternyata pilihan Jokowi dijatuhkan kepada K.H.Ma'ruf Amin, konon ada "tekanan" dari koalisi partai politik (parpol) pendukungnya, karena tampaknya memang Jokowi kurang memiliki "bargaining position", karena dia adalah hanya seorang "petugas partai". 

Pertimbangan lainnya mungkin untuk meredam isu agama yang bakalan merajalela sepanjang pemilu 2019 sehingga bisa memporakprandakan elektabilitasnya seperti yang terjadi dengan pilkada DKI 2017 yang lalu.

Sementara itu, pilihan Prabowo untuk memilih Sandiaga Uno, wakil gubernur DKI, sebagai cawapresnya juga diluar dugaan. Banyak orang yang menganggap bahwa orang yang paling tepat untuk mendampinginya sebagai cawapres adalah Anies Baswedan, gubernur DKI yang didukungnya pada saat pilkada 2017. 

Anies memiliki pengalaman politik dan birokrasi yang relatif lebih mumpuni dibandingkan dengan Sandiaga. Sandiaga adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan memiliki kekayaan yang berlimpah, walaupun miskin pengalaman politik dan birokrasi. 

Kekayaannnya tercatat sebesar Rp 3,86 triliun dan 10,35 juta dollar AS menurut pelaporan November 2016. Sedangkan Prabowo hanya memiliki Rp 1,67 triliun dan 7,50 juta dollar AS berdasarkan pelaporan Mei 2014.

Jika membandingkannya dengan kekayaan yang dimiliki oleh Jokowi dan Ma'ruf Amin maka kekayaan mereka seperti langit dan bumi. Jokowi melaporkan kekayaannya pada tahun 2015 sebanyak  Rp 30,01 miliar plus 30.000 dollar AS dan Ma'ruf Amin hanya memiliki Rp 427,25 juta per Mei 2001. Selisih waktu beberapa tahun dianggap relatif tetap sama.

Dan seperti biasanya, Partai Demokrat hanyalah menjadi "penonton" belaka. Walaupun semula ramai isu berseliweran mengenai pendekatan yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Prabowo agar Agus Yudhoyono bisa masuk bursa pilpres sebagai cawapres Prabowo akhirnya kandas ditengah jalan setelah Prabowo memutuskan untuk mengambil Sandiaga sebagai cawapresnya. Keputusan ini jelas sangat mengecewakan Partai Demokrat, terutama SBY. Tampaknya SBY merasa "dikibuli" oleh Prabowo. Apa boleh buat. Itulah namanya dinamika politik. Atau itu namanya sandiwara politik.  Entahlah.

Walaupun Jokowi memiliki rekam jejak positif selama 5 tahun pemerintahannya, namun masih banyak celah yang bisa meruntuhkan elektabilitasnya.. Ada yang beranggapan bahwa dengan menggandeng Ma'ruf Amin, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjatuhkan vonis kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai penista agama sehingga menyebabkan ia masuk penjara dan kalah dalam pilkada 2017, akan membuat para pendukung Ahok kecewa dan menjadi golput sehingga akan menggerus perolehan suaranya. 

Ditambah dengan "amunisi" yang tidak terbatas yang dimiliki oleh Prabowo maka sulit dibayangkan bagaimana Jokowi bisa menangkalnya. Karena Prabowo akan berupaya dengan segala cara apapun supaya ia tidak akan gagal lagi untuk menjadi presiden RI periode 2019-2024. Sekarang atau tidak sama sekali atau lawannya akan "nelangsa".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline