Lihat ke Halaman Asli

Dismas Kwirinus

-Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Simbolisme dan Keseimbangan Homeostasis Ekosistem

Diperbarui: 7 Desember 2020   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tujuanwisatanasional.blogspot.com

Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan budaya manusia penuh dengan simbol-simbol. Dalam artian ini kita dapat mengatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme, yaitu suatu pola pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti konsep-konsep yang mendasarkan diri kepada simbol-simbol. 

Kebudayaan sendiri terdiri dari konsep-konsep, simbol-simbol, gagasan-gagasan dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia sehingga antara manusia dengan simbol-simbol memiliki hubungan yang sangat erat, maka Ernst Cassirer mendefinisikan manusia sebagai Animal Symbolicum.

Setiap kebudayaan di Indonesia tentu mengenal simbol-simbol. Pengenalan manusia akan simbol-simbol ada beragam bentuknya. Ada yang mengenal simbol lewat tata aturan adat, ada yang mengenal simbol lewat alam misalnya suara burung, binatang hutan dan lain-lain. 

Ada pula yang mengenal simbol lewat kekhasan motif, bahasa ataupun kesenian-kesenian. Melihat nilai esensial simbol pada hidup manusia, kita dapat mengatakan bahwa dalam interaksi dan keseharian manusia tidak dapat dilepaskan dari simbol-simbol yang menandai hidup manusia di bumi.

Dalam tulisan ini saya mengajak pembaca untuk menggumuli simbolisme dan keseimbangan homeostasis ekosistem dalam konteks salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia, yaitu kebudayaan Dayak. Dunia simbol dalam kehidupan masyarakat Dayak diyakini memiliki kekuatan gaib dan nilai religius yang tinggi.

Keyakinan mereka bahwa simbol memiliki kekuatan gaib dan nilai religius yang tinggi itu mempengaruhi kehidupan mereka. Sepengetahuan penulis sebagian besar simbol-simbol itu diambil atau berasal dari alam. 

Salah satu contoh seperti suara burung tertentu yang menandakan apakah boleh atau tidak melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Masyarakat Dayak juga mengetauhi kapan saat musim hujan atau musim kemarau. 

Pengetahuan ini mereka peroleh lewat fenomena alam atau tanda-tanda dari alam, seperti keadaan pohon tertentu, cuaca, angin, panas, langit dan lain-lain.

Simbol-simbol dari alam ini menyadarkan masyarakat Dayak untuk menyesuaikan sikap dan tindakan mereka dengan alam. Dampak yang timbul apabila mereka mengabaikan simbol-simbol atau tanda-tanda alam itu ialah akan timbul suatu ke-chaos-an atau bencana alam. 

Penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi yang disimbolkan alam itu mengarahkan orang Dayak menjaga keserasian dan keseimbangan homeostasis ekosistem alam. Mereka sadar bahwa jika mereka tidak menjaga keseimbangan itu mereka akan binasa juga. 

Jadi, dinilai secara moral mereka juga dituntut menjaga keseraisan dan keseimbangan homeostasis ekosistem alam. Hal ini mempengaruhi konsep orang Dayak terhadap alam. Bagi mereka alam harus dirawat, dilestarikan dan dijaga keutuhanya agar ekosistem tetap seimbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline