Lihat ke Halaman Asli

Dion Ginanto

Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Cerita Horor: Sumur Tua Sekolah (5)

Diperbarui: 13 Juni 2020   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Cerita Sebelumnya Klik Di Sini

Matahari seakan enggan terbit di atas langit SMANDELAS. Awan seolah terlihat muram. Suara burung yang biasa berkicau di pepohonan depan kelas, kini seolah menghilang. Hening, hanya rekaman bel pertanda pergantian jam pelajaran yang selalu memecah kesunyian.

Lima hari berlalu. Jamal belum diketemukan. Polisi belum juga mendapatkan klue. Sekolah telah berusaha mencari keberadaan Jamal, siang dan malam. Seluruh warga sekolah digerakkan. Tapi belum juga membuahkan hasil yang signifikan.

Diko, Rudi, Riko, dan Juno seolah tak lagi mendapat kepercayaan. Setelah kejadian pencarian Jamal di sumur, mereka berempat tak pernah lagi diajak bertukar fikiran untuk mencari keberadaan Jamal. Terkahir kalinya, mereka dimintai keterangan oleh pihak Polres Batanghari. Setelah itu, mereka ditinggalkan.  

Namun, Diko malah termotivasi untuk membuktikan bahwa ada hal misterius di balik hilangnya Jamal. Karena ketika ia mempersiapkan dekorasi ia merasakan ada hal aneh malam itu: suara langgam jawa, lolongan anjing, pintu lab yang terbuka dan tertutup sendiri, bau pandan dan melati, juga Juno yang tiba-tiba terbaring di sumur tua. Diko memutuskan untuk kembali bermalam di SMANDELAS barangkali bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Jamal.

Selasa malam ia pamit kepada orangtuanya untuk belajar kelompok. Tak mungkin ia berbicara jujur. Karena mustahil orangtuanya mengijinkan.

Diko pergi sendirian, tak mengajak Riko, Rudi, dan Juno. Ia tak ingin merepotkan temannya. Tak ingin juga Juno atau yang lain kesurupan.

Ia harus membuktikan, setelah ia merasa malu akan ide yang ia cetuskan beberapa hari lalu.

Ia memulai dari ruang audio. Kali ini ia membawa senter barangkali, nanti PLN tiba-tiba mati.

Ruang Audio terkunci, tak ada tanda-tanda apapun di sana. Sekolah hening, bener-benar berbeda dengan malam ketika mereka mempersiapkan dekorasi untuk perlombaan bulan bahasa. Tak terdengar suara burung hantu, tak ada suara gending Jawa, tak ada pula suara lolongan Anjing malam.

Ia memberanikan diri berjalan ke arah WC untuk mengecek tempat ketika Juno melihat penampakan siswa memakai sergam OSIS dengan wajah penuh darah, mata melotot seolah akan keluar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline